Jumat, 23 Agustus 2013

Integrasi Masyarakat ASEAN 2015

Integrasi Masyarakat ASEAN 2015
A Kardiyat Wiharyanto ;   Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
SUARA KARYA, 22 Agustus 2013


Dalam pertemuan Forum Pemimpin ASEAN (ALF) Ke-10 di Petaling Jaya, Malaysia, baru-baru ini tampak bahwa jalan menuju ke Masyarakat ASEAN 2015 terus ditempa. Tahun 2015 nanti, yang bakal mendapat giliran menjadi Ketua ASEAN adalah Malaysia. Oleh karena itu, dalam pertemuan ALF yang lalu, Malaysia sudah mulai aktif mengarahkan organisasi regional itu menuju Masyarakat ASEAN 2015. Kebetulan, saat ini seluruh negara ASEAN sangat bersemangat untuk mengejar target Masyarakat ASEAN 2015.

Target Masyarakat ASEAN 2015 memang sudah dekat sehingga tidak heran jika seluruh anggota ASEAN terpacu semakin memperkuat konsolidasi di dalam. Bahkan negara-negara mitra ASEAN, seperti China dan Korsel melihat dan mulai tertarik akan perkembangan tersebut.

Walaupun secara kelembagaan, pelaksanaan berbagai kerangka kerja ASEAN menuju Masyarakat ASEAN 2015 berjalan baik, sejumlah masalah berpotensi mengganggu integrasi ASEAN. Kinerja ASEAN sendiri hingga kini masih dikritik karena tidak mampu mengatasi berbagai masalah, seperti persengketaan antar anggota. Namun, perlu disadari bahwa mengintegrasikan 10 negara ASEAN dengan kultur dan sistem politik yang beragam serta perkembangan ekonomi yang terpisah puluhan tahun itu, merupakan beban yang berat.

Bertolak dari perkembangan dunia yang semakin transparan, organisasi-organisasi internasional maupun regional semacam ASEAN, mau tidak mau, juga semakin transparan agar kebersamaan dan kerja sama yang dirangkakan dapat terselenggara. Hingga kini, kesepuluh anggotanya mengakui bahwa peran ASEAN dalam menciptakan perdamaian dan kesejahteraan regional belum tergantikan. Mereka juga menggarisbawahi prinsip-prinsip utama yang menopang peran ASEAN sebagai kekuatan bagi perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara, seperti saling menghormati, tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing, konsensus, dialog, dan konsultasi.

Kemampuan ASEAN mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai saat ini merupakan keberhasilan yang tidak kecil artinya, karena prestasi serupa itu belum pernah diraih oleh wadah-wadah kerja sama di Asia Tenggara yang dibentuk sebelumnya, seperti ASA maupun Maphilindo. Lagi pula, betapapun terdapat kekaburan mengenai kausalitas antara penampilan ekonomi dan usaha yang dilakukan dalam kerangka kerja sama, kenyataannya selama lebih dari empat dasawarsa, negara-negara anggota ASEAN berhasil bukan hanya menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi tetapi juga meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Lebih dari itu, terutama dalam menghadapi isu-isu global dan menjalin hubungan dengan mitra-mitra dialognya, ASEAN mampu tampil sebagai suatu kesatuan politik sehingga memberi bobot yang lebih besar daripada usaha masing-masing negara anggotanya. Keberadaan ASEAN merupakan suatu keputusan politik dalam situasi yang sedang bergerak dan tidak mantap sebagai akibat pertentangan-pertentangan di antara negara-negara ASEAN sendiri maupun dari perebutan pengaruh antara negara-negara adikuasa. Keadaan ini menciptakan dorongan besar kepada negara-negara anggota ASEAN pada permulaan tahun-tahun berdirinya untuk memusatkan perhatiannya kepada usaha-usaha menciptakan suasana bersahabat dan bebas dari sikap saling curiga-mencurigai. Kawasan ASEAN yang stabil dan aman merupakan lahan subur bagi tumbuh-kembangnya pembangunan negara-negara ASEAN dan kerja sama ekonomi, sosial dan kebudayaan di antara negara-negara anggota ASEAN.

Dapat kiranya dipahami bahwa perdamaian dan stabilitas kawasan ASEAN akan merupakan pra-kondisi bagi berhasilnya baik usaha-usaha pembangunan negara-negara ASEAN maupun usaha-usaha meningkatkan kerja sama ekonomi di antara ASEAN dan negara-negara mitra-wicara.

Sampai saat ini, kerja sama ekonomi ASEAN telah mengalami pasang surut seirama dengan perkembangan ekonomi di negara-negara ASEAN sendiri maupun dengan perkembangan ekonomi dunia pada umumnya. Pada masa-masa permulaan kerja sama ekonomi ASEAN diwarnai oleh ciri-ciri bahwa usaha kerja sama itu diarahkan untuk menciptakan landasan bagi kerja sama ekonomi ASEAN berupa penciptaan perdamaian dan stabilitas di kawasan ASEAN, untuk meningkatkan kerja sama ekonomi terutama di bidang perdagangan, dan untuk mengembangkan kerja sama dengan negara-negara mitra-wicara.

Selaras dengan pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam bagian pembukaan Deklarasi Bangkok, maka dalam rangka usaha menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasan ASEAN, banyak tenaga dan pikiran yang ditumpahkan untuk menghilangkan sikap saling curiga dan menciptakan saling pengertian di antara negara-negara anggota ASEAN.

Pada saat ini ada ancaman keamanan dan gangguan stabilitas ekonomi. Ancaman ini relatif berbeda dengan yang dihadapi negara-negara Asia Tenggara ketika ASEAN berdiri. Nuansa politik, ekonomi, perdagangan, sosial dan budaya negara-negara ASEAN pun mengalami metamorfosis. Nuansa itu sudah berbeda dengan pandangan para pendiri ASEAN. Kawasan Asia Tenggara tetap menghadapi berbagai masalah bilateral yang bisa menghambat perjalanan menuju Masyarakat ASEAN 2015. Oleh karena itu, ASEAN perlu segera menyelesaikan berbagai mekanisme penyelesaian sengketa tersebut. ASEAN juga masih menghadapi dilema berupa perbedaan sudut pandang tentang masa depan organisasi regional itu. Anggota lama ASEAN menginginkan sebuah ASEAN baru yang lebih terbuka dan dinamis. Sedangkan anggota baru menginginkan bentuk ASEAN lama yang status quo dan nonintervensi.


Memang, kerja sama ekonomi dan semangat integrasi terus meningkat, namun persamaan persepsi dan peredaan konflik internal ASEAN masih menghambat integrasi Masyarakat ASEAN 2015. Mudah-mudahan para anggota ASEAN memahaminya. Sebab, hanya dengan itu Masyarakat ASEAN 2015 akan menjadi kenyataan. ● 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar