Senin, 08 Juli 2013

Teman Dekat “Temper Tantrum”

Teman Dekat “Temper Tantrum”

Agustine Dwiputri  ;  Penulis Rubrik Konsultasi Psikologi Kompas
KOMPAS, 07 Juli 2013


Saya, 30 tahun, sudah setahun terakhir ini menjalin hubungan dekat dengan seorang teman wanita, 27 tahun. Saya banyak kecocokan jika mengobrol dengannya, dapat saling mengisi pengetahuan. Menurut saya, dia juga pintar dan menarik. Kami sama-sama sudah bekerja dan rasanya saling menyayangi. Hal yang membuat saya masih kurang sreg adalah perilakunya yang sering tidak terkontrol.
Jika dia tersinggung atau muncul emosi marahnya karena saya terlambat datang, misalnya, dia akan merajuk seperti anak kecil dengan cara menangis bahkan beberapa kali membenturkan kepalanya ke tembok atau meraung-raung di hadapan saya. Pernah juga dia menangis keras-keras di sebuah restoran. Saya malu terhadap orang-orang yang ada di sekitar situ. Benarkah ini yang disebut temper tantrum? Mengapa dia bisa demikian dan apakah dapat diubah? Bagaimana cara saya menghadapi dia? Atas jawaban Ibu saya mengucapkan terima kasih.
D, di Sumatera

Tipe ”temper tantrum”

Benar bahwa pacar Anda memiliki suatu ciri kepribadian yang disebut dengan temper tantrum. Tipe seperti dia memang acap kali menampilkan perilaku seperti yang dilakukan anak kecil jika tidak memperoleh apa yang mereka inginkan, seperti berteriak dan menjerit-jerit, pergi begitu saja meninggalkan ruangan tanpa pamit, membanting pintu, dan berbicara tidak sopan. Dalam upaya mencapai keinginan, mereka tak mampu mengendalikan diri sesuai dengan usianya saat ini. Semua perilaku mereka berpusat pada kebutuhan yang berlebihan untuk mendapat perhatian khusus sebagai anak-anak.

Menurut Jon P Bloch (2013), tipe semacam ini tergolong orang-orang yang sulit (difficult people). Mereka bisa tampil sangat menarik pada pertemuan pertama. Mereka mudah bergaul dan secara umum mengomunikasikan, ”Yuk, kita menjadi teman.”

Kehidupan

Lebih lanjut Bloch mengungkapkan bahwa dalam sejarah hidup mereka mungkin ada beberapa ruang kosong yang dramatis dalam kehidupannya, seperti tidak saling berjumpa selama beberapa tahun dengan saudara kandungnya, sering memiliki serangkaian pasangan yang berbeda-beda, atau hanya memiliki satu pasangan tetapi hubungannya ”putus nyambung”. Hal ini terjadi karena banyak orang yang tak tahan sekaligus tak tega menghadapi berbagai perilaku yang dianggap tidak pantas dan mengganggu hubungan sebagai sesama orang dewasa.

Mereka mungkin merupakan anak tunggal, anak dari orangtua yang bercerai, atau karena satu dan alasan lain cenderung membuat orangtua atau pengasuh utamanya merasa bersalah. Hal yang khusus pada mereka adalah siapa pun cenderung untuk menyerah pada setiap keinginannya. Anak-anak tersebut tidak banyak diajarkan tentang keterbatasan dan tetap yakin bahwa apa pun yang mereka inginkan harus mereka peroleh.

Tipe temper tantrum jarang diberi kesempatan untuk menerima apa pun yang guru katakan atau lakukan karena ayah atau ibu akan terus siap berada di dekatnya memberikan bantuan dan pembelaan. Padahal, kadang kala anak perlu belajar bahwa mereka akan kehilangan, hidup bisa menjadi tidak adil, yang terbaik adalah membiarkan hal-hal berlalu dan membiarkan orang lain menggunakan cara mereka, serta kita tidak selalu mendapatkan apa pun yang kita inginkan.

Membantu

Bloch dalam bukunya, Handling Difficult People, mengatakan, jika kita ingin seorang dengan tipe temper tantrum tetap menjadi bagian dari kehidupan kita, satu hal yang dapat dilakukan adalah menetapkan contoh yang baik bagaimana berperilaku sesuai dengan usia. Tunjukkan kepada si dia bagaimana kita menangani sendiri berbagai masalah dengan cara yang dewasa. Dia bahkan perlu belajar bahwa adalah mungkin menyatakan ketidaksetujuan, kesedihan, ataupun kemarahan tanpa menjadi tidak terkendali. Semua ini perlu Anda latih dengan sabar, tetapi tegas dan konsisten.

Strategi lain adalah secara ringkas memberikan suatu solusi yang masuk akal. Sebagai contoh, jika si dia panik karena keluarganya tidak lagi mengiriminya SMS untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya, Anda dapat mengatakan, ”Mungkin kamu harus mulai mengirim SMS mereka dulu untuk membuat tradisi saling mengirim ucapan selamat ulang tahun terjadi lagi.” Jika kemudian ternyata dia telah mengirimkan pesan ucapan kepada adiknya tanpa mendapat balasan, coba mengingatkan bahwa hal semacam ini banyak juga terjadi kepada orang lain sepanjang waktu. Anda juga dapat mengatakan, ”Wah, itu pasti menyakitkan, ya? Sudahlah, yang penting kita sudah mencoba. Saya juga pernah merasakan semacam itu dengan kakak saya.” Kemudian segera ubah topik pembicaraan ke hal-hal yang lebih produktif. Arahkan dia untuk melihat berbagai kekecewaan sebagai masalah kecil yang merupakan bagian dari kehidupan dan menyadarkannya bahwa hidup harus berjalan terus tanpa terus kecewa.

Dalam situasi yang kurang ekstrem, jangan ragu untuk mengatakan, ”Saya punya banyak urusan lain yang harus saya selesaikan, coba kamu urus sendiri, nanti laporkan kepada saya hasilnya. Saya peduli kepadamu, tetapi saya tidak ingin terjebak di tengah urusanmu dengan orang lain.”

Jika adegan besar terjadi secara spontan di hadapan Anda, seperti dia meraung-raung di tengah banyak orang, Anda mungkin perlu untuk mulai dengan tegas menyatakan bahwa kehebohan itu perlu dihentikan sekarang. Misalnya berkata, ”Dengar, ya, saya akan mencari segelas air atau secangkir teh atau aspirin, tetapi kamu perlu menghentikan semua ini sekarang, terserah bagaimana caranya.” Jadi, tipe temper tantrum harus belajar untuk mengandalkan kemampuannya sendiri untuk secara rasional dan tenang memperbaiki keadaan.

Setelah masalah ini tampak dapat dikendalikan, Anda bahkan dapat mengatakan bahwa Anda tidak suka jika perilaku tadi terjadi, ”Besok-besok, silakan kamu berupaya lebih keras untuk menenangkan diri di sekitar saya. Saya sayang kamu, tetapi kalau begini terus, bagaimana saya bisa membantu. Saya akan temani untuk pergi berkonsultasi dengan ahli kalau kamu merasa perlu, tetapi saya tidak ingin seperti ini lagi.”

Jika dia menuduh Anda akan meninggalkan dia, cobalah mengatakan, ”Kamu salah, saya sangat peduli. Namun, saya punya keterbatasan dan semua ini juga mengambil bayaran untuk saya. Jadi, tolong mencari bantuan profesional karena saya tidak bisa membantumu lagi.”


Semoga membantu. ● 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar