|
KOMPAS,
07 Juli 2013
Saya, 30 tahun, sudah setahun
terakhir ini menjalin hubungan dekat dengan seorang teman wanita, 27 tahun.
Saya banyak kecocokan jika mengobrol dengannya, dapat saling mengisi
pengetahuan. Menurut saya, dia juga pintar dan menarik. Kami sama-sama sudah
bekerja dan rasanya saling menyayangi. Hal yang membuat saya masih kurang sreg
adalah perilakunya yang sering tidak terkontrol.
Jika dia tersinggung atau muncul
emosi marahnya karena saya terlambat datang, misalnya, dia akan merajuk seperti
anak kecil dengan cara menangis bahkan beberapa kali membenturkan kepalanya ke
tembok atau meraung-raung di hadapan saya. Pernah juga dia menangis keras-keras
di sebuah restoran. Saya malu terhadap orang-orang yang ada di sekitar situ.
Benarkah ini yang disebut temper tantrum? Mengapa dia bisa demikian dan
apakah dapat diubah? Bagaimana cara saya menghadapi dia? Atas jawaban Ibu saya
mengucapkan terima kasih.
D, di Sumatera
Tipe
”temper tantrum”
Benar bahwa pacar Anda memiliki
suatu ciri kepribadian yang disebut dengan temper tantrum. Tipe seperti
dia memang acap kali menampilkan perilaku seperti yang dilakukan anak kecil
jika tidak memperoleh apa yang mereka inginkan, seperti berteriak dan
menjerit-jerit, pergi begitu saja meninggalkan ruangan tanpa pamit, membanting
pintu, dan berbicara tidak sopan. Dalam upaya mencapai keinginan, mereka tak
mampu mengendalikan diri sesuai dengan usianya saat ini. Semua perilaku mereka
berpusat pada kebutuhan yang berlebihan untuk mendapat perhatian khusus sebagai
anak-anak.
Menurut Jon P Bloch (2013), tipe
semacam ini tergolong orang-orang yang sulit (difficult people). Mereka bisa tampil sangat menarik pada pertemuan
pertama. Mereka mudah bergaul dan secara umum mengomunikasikan, ”Yuk, kita
menjadi teman.”
Kehidupan
Lebih lanjut Bloch mengungkapkan
bahwa dalam sejarah hidup mereka mungkin ada beberapa ruang kosong yang
dramatis dalam kehidupannya, seperti tidak saling berjumpa selama beberapa
tahun dengan saudara kandungnya, sering memiliki serangkaian pasangan yang
berbeda-beda, atau hanya memiliki satu pasangan tetapi hubungannya
”putus nyambung”. Hal ini terjadi karena banyak orang yang tak tahan
sekaligus tak tega menghadapi berbagai perilaku yang dianggap tidak pantas dan
mengganggu hubungan sebagai sesama orang dewasa.
Mereka mungkin merupakan anak
tunggal, anak dari orangtua yang bercerai, atau karena satu dan alasan lain
cenderung membuat orangtua atau pengasuh utamanya merasa bersalah. Hal yang
khusus pada mereka adalah siapa pun cenderung untuk menyerah pada setiap
keinginannya. Anak-anak tersebut tidak banyak diajarkan tentang keterbatasan
dan tetap yakin bahwa apa pun yang mereka inginkan harus mereka peroleh.
Tipe temper
tantrum jarang diberi kesempatan untuk menerima apa pun yang guru katakan
atau lakukan karena ayah atau ibu akan terus siap berada di dekatnya memberikan
bantuan dan pembelaan. Padahal, kadang kala anak perlu belajar bahwa mereka
akan kehilangan, hidup bisa menjadi tidak adil, yang terbaik adalah membiarkan
hal-hal berlalu dan membiarkan orang lain menggunakan cara mereka, serta kita
tidak selalu mendapatkan apa pun yang kita inginkan.
Membantu
Bloch dalam bukunya, Handling Difficult People, mengatakan,
jika kita ingin seorang dengan tipe temper tantrum tetap menjadi
bagian dari kehidupan kita, satu hal yang dapat dilakukan adalah menetapkan
contoh yang baik bagaimana berperilaku sesuai dengan usia. Tunjukkan kepada si
dia bagaimana kita menangani sendiri berbagai masalah dengan cara yang dewasa.
Dia bahkan perlu belajar bahwa adalah mungkin menyatakan ketidaksetujuan,
kesedihan, ataupun kemarahan tanpa menjadi tidak terkendali. Semua ini perlu
Anda latih dengan sabar, tetapi tegas dan konsisten.
Strategi lain adalah secara ringkas
memberikan suatu solusi yang masuk akal. Sebagai contoh, jika si dia panik
karena keluarganya tidak lagi mengiriminya SMS untuk mengucapkan selamat ulang
tahun kepadanya, Anda dapat mengatakan, ”Mungkin
kamu harus mulai mengirim SMS mereka dulu untuk membuat tradisi saling mengirim
ucapan selamat ulang tahun terjadi lagi.” Jika kemudian ternyata dia telah
mengirimkan pesan ucapan kepada adiknya tanpa mendapat balasan, coba
mengingatkan bahwa hal semacam ini banyak juga terjadi kepada orang lain
sepanjang waktu. Anda juga dapat mengatakan, ”Wah, itu pasti menyakitkan, ya? Sudahlah, yang penting kita sudah
mencoba. Saya juga pernah merasakan semacam itu dengan kakak saya.”
Kemudian segera ubah topik pembicaraan ke hal-hal yang lebih produktif. Arahkan
dia untuk melihat berbagai kekecewaan sebagai masalah kecil yang merupakan
bagian dari kehidupan dan menyadarkannya bahwa hidup harus berjalan terus tanpa
terus kecewa.
Dalam situasi yang kurang ekstrem,
jangan ragu untuk mengatakan, ”Saya punya
banyak urusan lain yang harus saya selesaikan, coba kamu urus sendiri, nanti
laporkan kepada saya hasilnya. Saya peduli kepadamu, tetapi saya tidak ingin
terjebak di tengah urusanmu dengan orang lain.”
Jika adegan besar terjadi secara
spontan di hadapan Anda, seperti dia meraung-raung di tengah banyak orang, Anda
mungkin perlu untuk mulai dengan tegas menyatakan bahwa kehebohan itu perlu
dihentikan sekarang. Misalnya berkata, ”Dengar,
ya, saya akan mencari segelas air atau secangkir teh atau aspirin, tetapi kamu
perlu menghentikan semua ini sekarang, terserah bagaimana caranya.” Jadi,
tipe temper tantrum harus
belajar untuk mengandalkan kemampuannya sendiri untuk secara rasional dan
tenang memperbaiki keadaan.
Setelah masalah ini tampak dapat
dikendalikan, Anda bahkan dapat mengatakan bahwa Anda tidak suka jika perilaku
tadi terjadi, ”Besok-besok, silakan kamu
berupaya lebih keras untuk menenangkan diri di sekitar saya. Saya sayang kamu,
tetapi kalau begini terus, bagaimana saya bisa membantu. Saya akan temani untuk
pergi berkonsultasi dengan ahli kalau kamu merasa perlu, tetapi saya tidak
ingin seperti ini lagi.”
Jika dia menuduh Anda akan
meninggalkan dia, cobalah mengatakan, ”Kamu
salah, saya sangat peduli. Namun, saya punya keterbatasan dan semua ini juga
mengambil bayaran untuk saya. Jadi, tolong mencari bantuan profesional karena
saya tidak bisa membantumu lagi.”
Semoga membantu. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar