Kamis, 18 Juli 2013

Membuka Pasar Rakyat

Membuka Pasar Rakyat
Haryono Suyono ;  Mantan Menko Kesra dan Taskin
SUARA KARYA, 15 Juli 2013


Di banyak kota besar di Indonesia, misalnya di Jakarta, Surabaya dan lainnya, sering terjadi bahwa jalan-jalan protokol dibebaskan sama sekali dari lalu lintas mobil atau motor dengan alasan memberikan kesempatan beristirahat dari polusi kendaraan bermotor. Jalan yang dibebaskan dari lalu lintas mobil itu hanya boleh dilewati oleh sepeda atau pejalan kaki. Dengan demikian jalan yang menjadi lenggang biasanya langsung dimanfaatkan untuk olah raga jalan kaki bagi keluarga atau ramai-ramai melakukan kegiatan naik sepeda sehat.

Di beberapa tempat upaya membebaskan jalan dari lalu lintas kendaraan bermotor itu mulai masuk ke kampung atau ke desa-desa. Di tempat-tempat tertentu, misalnya di dekat Kompleks Perumahan DPR di dekat Universitas Trilogi di Kali Bata, Jakarta, sudah ramai jalan yang memisahkan kedua kompleks itu setiap hari Minggu tanpa ada pengumuman terlebih dahulu.

Jalan itu pun sudah lama bebas lalu lintas mobil, karena seluruh badan jalan otomatis ditempati oleh pedagang kaki lima. Beratus pedagang kaki lima sejak pukul lima subuh memasang tenda dan dengan segala gayanya menghias dan memajang dagangannya dengan rapi. Bahkan banyak pedagang yang mempunyai selera yang sangat tinggi dalam menempatkan barang dagangannya.

Kebiasaan yang seakan sudah membudaya itu sejauh ini tidak menimbulkan protes masyarakat yang tinggal di sekitar kompleks. Karena, selalu ada jalan aleternatif yang dengan mudah menghubungkan antara jalan di depan Makam Pahlawan dengan kampung-kampung di Kompleks Perumahan DPR atau antara jalan di depan makam dengan kampung di didalamnya. Kegiatan di kampung ini sama sekali menjadi kegiatan yang sangat menguntungkan keluarga dengan penghasilan pas-pasan yang setiap hari Minggu berdagang barang-barang kelontong atau makanan yang dibuatnya sendiri sebagai pekerjaan sambilan. Kegiatan ini juga menjadi ajang dari para ibu yang suaminya bekerja tetapi penghasilannya tidak cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keadaan harga yang makin melangit.

Pengalaman yang menarik itu nampaknya memberi ilham kampung di sebelahnya dan merangsang para penggawa yang peduli terhadap rakyatnya. Minggu lalu di pojok-pojok jalan Perdatam, tidak jauh dari jalan di dekat Kompleks DPR dan Universitas Trilogi, terpampang di beberapa pojok jalan pengumuman yang menyatakan bahwa pada hari Minggu sebagian jalan Perdatam akan bebas dari kendaraaan bermotor. Selama beberapa pengumuman yang menyolok itu terpampang tidak ada protes karena memang tidak semua jalan yang panjang itu akan ditutup. Tetapi, hanya sebagian saja dan penduduk setempat mengetahui masih banyak jalan aleternatif yang dapat ditempuh untuk sampai ke rumah masing-masing.

Berbeda dengan penetapan jalan bebas mobil di jalan protokol, pembebasan mobil di jalan Perdatam itu mengambil pengalaman penggunaan jalan di Kompleks DPR dan Universitas Trilogi. Yaitu, bahwa di jalan-jalan itu akan digelar pertunjukan rakyat, kegiatan ekonomi mikro dengan penjualan barang-barang keperluan sehari-hari serta makanan yang dimasak oleh keluarga di sekitar jalan yang dibebaskan tersebut. Pada hari yang ditentukan, sejak pagi jalan Perdatam Raya yang dibebaskan itu sudah penuh dengan penduduk setempat yang sambil berolah raga jalan, diiringi oleh meriahnya musik pagi yang melantunkan lagu-lagu meriah, memadati Jalan Perdatam yang biasanya bising dengan kendaraan bermotor.

Karena banyaknya pendatang dibandingkan pedagang makanan, maka dalam waktu singkat makanan rakyat seperti gudeg, gado-gado dan lainnya untuk sarapan pagi dan lauk pauk hari Minggu ludes tanpa sisa. Dagangan rakyat untuk anak-anak seperti balon dan sebagainya mendapat perhatian orang tua yang datang dengan menggendong anaknya. Penutupan jalan itu berubah menjadi "pekan raya" yang masuk kampung. Para pedagang yang berjualan di pinggir jalan mendapat hiburan rakyat berupa nyanyian dan sajian musik yang melibatkan rakyat kampung. Suasana menjadi tambah meriah sehingga penjualan dagangan yang tersaji dengan harga ringan mendatangkan keuntungan bagi usaha rakyat kecil dan menengah sebagai upaya pengentasan kemiskinan. Di masa datang tidak mustahil panggung gembira yang ikut memeriahkan acara pekan raya masuk kampung itu bisa menjadi wahana pementasan bagi anak muda dengan kesenian dan sajian budaya bangsa lainnya.

Pak Camat dan kepala desa, RW dan RT, seperti di kampung lainnya perlu segera menggerakkan pembangunan posdaya di kampung itu agar menjadi penggerak pemberdayaan yang lebih luas untuk mengisi kegiatan yang lebih rutin dari waktu ke waktu. Pak Camat bisa mempergunakan pengalaman itu merangsang kampung untuk menghidupkan kegiatan gotong royong yang sekaligus menjadi forum pengembangan budaya cinta sesama tetangga, kepedulian terhadap keluarga miskin, serta pengembangan usaha mikro dan koperasi yang dipasarkan di kampung sendiri untuk nanti, apabila bisa berkembang dengan baik, bisa melebar ke kampung lainnya.

Perlu disyaratkan bahwa yang boleh berdagang dalam kegiatan ini adalah pedagang atau usaha mikro dan kecil, dan bukan menjadi ajang bagi pedagang besar untuk memanfaatkan fasilitas jalan umum pada hari Minggu. Pekan raya masuk kampung yang berkembang menjadi pasar kaget hanya untuk usaha mikro dan kecil dengan dukungan keluarga yang lebih mampu, yang tidak harus berkorban, artinya tanpa kehilangan Karena, kebutuhannya terpenuhi dengan baik melalui pasar kaget dengan aneka kebutuhan sehari-hari dan makanan yang dikelola dengan tingkat higienis yang baik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar