Minggu, 21 Juli 2013

Masa Depan Mesir dan Kekuatan 3 + 1

Masa Depan Mesir dan Kekuatan 3 + 1
Hasibullah Satrawi  ;   Alumni Al-Azhar, Kairo, Mesir;
Pengamat Politik Timur Tengah dan Dunia Islam
KOMPAS, 05 Juli 2013


Bagaimana masa depan Mesir? Inilah mungkin pertanyaan yang menghantui masyarakat Mesir dan pihak-pihak lain yang memperhatikan krisis yang terjadi di negeri piramida itu sejak dua tahun terakhir.
Pada awalnya, terpilihnya Muhammad Mursi sebagai presiden pertama melalui pemilu yang demokratis diharapkan menjadi ”fajar menyingsing” bagi masa depan negeri itu secara lebih baik. Namun, penggulingan yang dilakukan oleh pihak militer terhadap pemerintahan Mursi, Rabu (3/7), seakan kembali membawa kehidupan negeri itu dalam kegelapan penuh tanya terkait masa depannya.
Kapan pun waktunya, Mesir akan kembali memulai proses demokrasi dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, mulai dari penyusunan dan pemberlakuan konstitusi baru hingga pelaksanaan pemilihan umum. Terlepas proses mana yang didahulukan atau diakhirkan.
Meskipun demikian, tidak ada jaminan bahwa presiden terpilih dan pemerintahan terbentuk nantinya tidak akan digulingkan kembali seperti dialami Mursi dan pemerintahannya sekarang. Hal ini terjadi karena Mursi dan Ikhwan Muslimin sebagai basis pendukungnya juga mempunyai kekuatan yang lebih dari cukup untuk menggerakkan hukum jalanan, seperti yang dilakukan oleh kelompok nasionalis-sekuler sekarang.
Dalam banyak kesempatan, penulis kerap menegaskan bahwa setidaknya ada tiga kekuatan utama di Mesir saat ini yang akan sangat menentukan bagi masa depan negeri seribu menara itu. Pertama, kelompok militer. Dalam sejarah panjang Mesir, militer telah menorehkan peran dan kisah tersendiri di hati masyarakat. Apalagi Mesir merupakan salah satu negara yang rawan perang. Bahkan tidak jarang militer Mesir dianggap sebagai pahlawan oleh masyarakat lantaran berhasil menaklukkan lawan-lawannya, kususnya Israel.
Setelah Mesir dilanda revolusi dalam dua tahun terakhir, militer juga mempunyai peran yang sangat signifikan, termasuk dalam pelengseran Mubarak yang saa itu dijadikan ”harga mati” oleh kelompok revolusi. Adapun Mubarak, sebagaimana Mursi sekarang, tak mau memenuhi tuntutan mundur dari para demonstran. Hingga akhirnya militer yang mengumumkan bahwa Mubarak telah lengser atau dilengserkan, seperti terjadi pada Mursi sekarang.
Pada tahap tertentu dapat dikatakan, militer Mesir sejauh ini konsisten dalam menjaga dan melindungi kepentingan masyarakat yang lebih banyak (menghindari korban lebih banyak lagi). Setidak-tidaknya bila dibandingkan dengan negara Arab lain yang kekuatan militernya justru membantai rakyatnya sendiri, seperti terjadi di Suriah.
Kedua, kelompok loyalis Hosni Mubarak. Sebagai presiden yang berkuasa selama kurang lebih 30 tahun, hampir mustahil kekuatan Mubarak habis hanya karena dirinya lengser atau dilengserkan. Mubarak mungkin sudah mendekam di penjara, tetapi kekuatan dan para loyalisnya tidak bisa diabaikan. Setdak-tidaknya demikian pesan tersirat dari pernyataan para pembantu Mursi yang menuduh para loyalis Mubarak juga bermain dalam pengerahan revolusi jilid II, kini.
Ketiga, kelompok islamis, khususnya Ikhwan Muslimin. Selama kekuasaan Mubarak, Ikhwan Muslimin kerap dipinggirkan. Bahkan dinyatakan sebagai gerakan terlarang. Akan tetapi, situasi sulit seperti yang dialami selama bertahun-tahun justru membuat gerakan yang didirikan oleh Hasan Al-Banna solid dan juga militan, hingga Ikhwan Muslimin berhasil membangun kekuatan yang terstruktur sampai ke akar rumput.
Pelbagai macam peristiwa politik penting yang terjadi di Mesir pasca-Mubarak lengser bisa menjadi salah satu bukti dan kekuatan yang dimiliki Ikhwan Muslimin. Gerakan ini hampir selalu menang dalam setiap momentum politik, seperti pemilihan umum dan referendum pengesahan konstitusi baru, walaupun ternyata Ikhwan Muslimin gagal mengatur kekuasaan yang telah ditunggu selama berpuluh-puluh tahun ini. Hingga kekuasaan yang didapatkan melalui Mursi mengalami senjakala seperti sekarang.
Revolusi Mesir jilid II saat ini sangat mungkin melahirkan kekuatan alternatif yang tidak bisa diabaikan dalam sejarah perpolitikan Mesir ke depan. Yaitu, kalangan pemuda yang menjadi salah satu pelaku utama revolusi I dan II. Apalagi mereka terbukti berhasil menggerakkan sejarah berpuatar selama dua kali dalam ”satu poros”, yaitu poros revolusi dan pemuda Mesir.
Meskipun demikian, kekuatan kelompok pemuda Mesir sebagaimana di atas belum terlembagakan dan terstruktur. Inilah kelemahan utamanya, khususnya bila dibandingkan dengan tiga kekuatan di atas. Oleh karena itu, kelompok pemuda Mesir ke depan harus membenahi kekurangannya ini hingga tidak punah dimakan waktu atau dimangsa oleh tiga kekuatan di atas.
Masa depan Mesir akan sangat ditentukan oleh kekuatan 3 + 1 di atas. Kekuatan-kekeuatan ini harus mampu dan berhasil membangun kesepakatan terkait dengan masa depan Mesir. Tanpanya, bukan tidak mungkin kepemimpinan Mesir ke depan akan mengalami fase jatuh-menjatuhkan dan guling-menggulingkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar