Apabila kita mengharapkan
pemimpin bangsa yang unggul dan pekerja keras bertepatan dengan
peringatan Hari Kemerdekaan ke-100 pada 2045, maka anak-anak kelahiran 30
tahun lalu, atau sekarang berusia di bawah 30 tahun harus dipelihara dan
dikembangkan secara maksimal sebagai calon pemimpin bangsa.
Mereka perlu diberikan pembekalan dan penggodokan
jiwa Pancasila, ditanamkan budaya hidup sehat, cerdas dan peduli terhadap
sesama anak bangsa. Dengan demikian, ketika mengemban tanggung jawab
kepemimpinan betul-betul bekerja secara bijaksana, tidak sakit-sakitan,
cerdas, peduli pada sesama dan tulus membawa bangsanya ke puncak keemasan
yang penuh kedamaian dan kesejukan.
Karena itu, dewasa ini para pemimpin dan warga negara
pada umumnya, perlu bekerja keras dan cerdas melakukan investasi, dan
pendalaman falsafah bangsa. Mereka harus rela bekerja sama, menggeluti
bidang kesehatan dan pendidikan agar generasi muda, yang masih dalam
kandung ibunya, bayi, balita dan anak-anak, dapat dideteksi secara dini
kesehatannya dan akhirnya dapat dipersiapkan pendidikannya dengan baik.
Tepat sekali, satu bulan menjelang peringatan Hari
Pendidikan Nasional 2 Mei 2013, pemerintah dan masyarakat harus bersatu
mendidik anak bangsa membangun budaya sehat, cerdas dan terampil. Selain
kepekaan yang tinggi terhadap falsafah bangsa Pancasila, bagian budaya
yang sangat penting untuk mengantar satu abad Indonesia adalah kekuatan
sumber daya manusia (SDM) yang unggul agar bisa menjadi bangsa besar dan
membanggakan. Lebih dari itu, perlu diantar pula dengan budaya agamis dan
karakter peduli terhadap sesama.
Dalam konteks membangun budaya sehat itu, Yayasan
Damandiri dan rekan kerja, perguruan tinggi seluruh Indonesia, lembaga
dan organisasi masyarakat serta lembaga keuangan tertentu, diajak
memberikan bantuan kepada puluhan ribu pos pemberdayaan keluarga
(posdaya) untuk mendukung pos pelayanan terpadu (posyandu), klinik-klinik
desa dan Puskesmas-puskesmas di seluruh desa Indonesia.
Posyandu yang awalnya dibentuk bersama oleh Kepala
BKKBN dan Menteri Kesehatan RI tahun 1983, harus tetap mendapat
perhatian. Posdaya di seluruh Indonesia diharapkan memberikan dukungan
kuat pada posyandu melalui advokasi, informasi dan edukasi terhadap
anggotanya untuk mencari ibu hamil dan ibu melahirkan. Ibu hamil dibantu
memeriksakan dirinya ke posyandu minimal empat kali selama masa
kehamilannya. Apabila mereka tidak mampu pergi ke posyandu, diharapkan
posdaya membantunya agar tenaga bidan di posyandu dapat berkunjung ke
rumah ibu hamil karena tidak bisa datang.
Apabila tidak memungkinkan karena posyandu tidak
layak berfungsi dengan baik, diharapkan posdaya dapat memberi bantuan
agar tenaga bidan bisa datang ke posyandu dan memberi pertolongan kepada
ibu hamil yang jumlahnya relatif makin sedikit. Kalau perlu tenaga bidan
itu diantar kepada ibu hamil di rumah masing-masing minimal empat kali
selama masa kehamilan. Diusahakan pula ada bidan keliling dibiayai secara
gotong royong oleh anggota posdaya.
Dalam keadaan desa atau kampung itu tidak lagi
mempunyai posyandu karena alasan apa pun, diharapkan posdaya bekerja
keras membentuk posyandu dan mengusahakan adanya tenaga bidan yang secara
reguler berkunjung ke posyandu. Posdaya harus mengutamakan pelayanan
terhadap ibu hamil, ibu menyusui, anak balita dan pelayanan KB melalui
posyandu yang ada, atau kalau perlu segera diadakan.
Fokus berikutnya, adalah mencari anak usia sekolah
yang tidak atau belum sekolah, lebih-lebih anak keluarga miskin. Dalam
hubungan ini perlu dicari anak-anak balita agar segera masuk Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD). Tigapuluh dua tahun yang akan datang, mereka akan
menjadi salah satu penggerak utama dari pembangunan bangsa. Mereka akan
berada pada usia dewasa yang umumnya akan menjadi kekuatan penggerak
pembangunan, baik sebagai pemimpin maupun sebagai kekuatan yang sangat
penting.
Anak-anak keluarga miskin yang sekarang dikandung
ibunya, atau baru menginjak usia balita, tidak mustahil akan menjadi
tokoh nasional yang bakal menjadi pemimpin bangsa nanti. Dengan
pendidikan yang sungguh-sungguh, mereka akan mendapat masukan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang unggul. Pengalamannya sebagai anak
keluarga miskin dapat menjadi bekal yang kuat sebagai awal pendidikan
karakter yang umumnya selalu disertai keimanan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa karena doa dan harapannya akan masa depan yang lebih baik.
Oleh karena itulah, menjelang Hari Pendidikan
Nasional, 2 Mei 2013, posdaya di seluruh Indonesia diminta untuk
mengadakan inventarisasi dan sekaligus mengirim semua anak balita,
utamanya anak balita keluarga miskin agar bisa masuk ke PAUD. Kepada
kedua orangtuanya diminta tidak saja mengantar anaknya ke PAUD, tetapi
mengikuti kegiatan kursus ketrampilan yang diadakan di desanya. Kepada
mereka, melalui bank, BPD atau bank lainnya, disediakan pinjaman modal
awal untuk usaha agar keadaan ekonomi rumah tangganya bertambah baik.
Posdaya salah satu fungsinya adalah mengadakan
kegiatan inventarisasi anak usia sekolah. Apabila ditemukan anak usia
sekolah yang belum sekolah diharapkan dicari sebab musababnya kenapa anak
itu tidak sekolah. Apabila alasannya ekonomi, maka anggota posdaya
diharapkan secara gotong royong membantu orangtuanya agar mengirim
anaknya ke sekolah. Apabila karena alasan akademis, misalnya, nilai
rapornya tidak baik, anggota posdaya yang mampu diharapkan membantu agar
anak itu agar mudah dapat ikut sekolah.
Menjelang Hari Pendidikan Nasional 2013, marilah kita
memberikan pendidikan rakyat banyak membangun budaya hidup sehat dan
cerdas guna menyongsong satu abad Indonesia merdeka sebagai pertanda
kejayaan bangsa Indonesia yang cemerlang dan sejahtera. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar