Meskipun
pemilihan umum (pemilu) masih pada tahap penetapan partai-partai yang
berhak menjadi peserta, namun beberapa calon presiden sudah bermunculan,
dengan menawarkan citra dan program yang beragam.
Semuanya
mencoba dengan berbagai cara untuk menarik kita sebagai pemilih agar
tertarik dan memilihnya kelak pada saat berada di bilik suara. Untuk
menghindari kemungkinan “memilih kucing dalam karung”, kita sudah harus
mulai mengenal lebih dalam para capres yang melacak track record-nya satu
persatu agar kelak kita tak salah pilih. Salah mengambil keputusan dalam
hitungan menit di bilik suara, akibat buruknya akan kita rasakan paling
tidak lima tahun lamanya.
Kita masih
punya banyak waktu untuk memilih mana di antara capres-capres yang sudah
bermunculan itu, yang kita anggap lebih baik dari yang lain. Untuk
mengharapkan yang terbaik saya kira belum ada, jadi cukuplah dengan
kriteria “dianggap lebih baik”. Kriteria yang masih sangat moderat dan
tentu saja masih terbuka peluang untuk mencari lain yang lebih baik.
Di tengah
kondisi sosial yang belum beranjak maju dengan segenap rakyat yang sebagian
berada di ambang putus asa, kita benar-benar membutuhkan seorang pemimpin
yang mampu memberikan harapan, bukan pemimpin yang justru membebani
rakyatnya dengan keluhan-kesah dan kekhawatiran- kekhawatiran tanpa
alasan. Sejatinya, bangsa ini sudah menyimpan banyak inspirasi, terutama
dari para pendahulu kita, para pejuang kemerdekaan atau para founding
fathers.
Mereka dengan
ketulusan puncak, mengorbankan apa pun yang dimilikinya semata-mata untuk
kemajuan bangsa. Tak ada pamrih dengan mengharapkan gaji, apalagi
memperkaya diri dengan korupsi. Merekalah pemimpin sejati. Pemimpin yang
tampil apa adanya, namun berjuang dengan apa pun yang dimilikinya.
Jangankan pikiran dan harta, bahkan nyawa pun siap dikorbankan kapan
saja.
Pada saat ibu
pertiwi meminta, semua akan memberikan segalanya. Merekalah pemimpin yang
mampu memberikan inspirasi dan semangat. Para founding fathers telah
melakukan tugas itu dengan sangat baik sehingga apa yang mereka
cita-citakan bisa terwujud dan kita nikmati hingga saat ini. Merekalah
pemimpin yang baik, yang membangkitkan inspirasi, memberikan harapan.
Selain para
founding fathers, kita juga punya banyak teladan dari negara-negara lain.
Mengapa, misalnya, rakyat Amerika kembali memilih Barack Obama sebagai
presiden padahal pada satu periode sebelumnya masih relatif belum mampu
memperbaiki kondisi perekonomian Paman Sam yang terpuruk ? Jawabannya,
karena presiden yang masa kecilnya pernah tinggal dan memperoleh
pendidikan dasar di Jakarta ini mampu membangkitkan inspirasi dan selalu
memberikan harapan.
Mengapa
jutaan rakyat Venezuela menangis meratapi kepergian Hugo Chaves? Karena
pemimpin dari negeri kaya minyak di Amerika Latin ini pada masa hidupnya
mampu memberikan semangat, inspirasi, dan harapan kepada segenap
rakyatnya. Mengapa di negeri ini, kita masih menyaksikan sebagaian rakyat
kehilangan harapan, putus asa hingga kabarnya kasus bunuh diri pun terus
meningkat? Penyebab utamanya, karena para pemimpin kita saat ini tidak
mampu membangkitkan inspirasi, apalagi harapan.
Para pemimpin
kita pada umumnya gagal memberikan harapan karena mereka hanya pandai
memberikan janji-janji yang tidak bisa ditepati. Maka sebagian besar
rakyat bukannya terinspirasi malah antipati. Pemimpin yang baik tampil
bagaikan matahari yang menjadi sumber segala macam energi yang dibutuhkan
semua makhluk hidup di muka bumi. Yang setia memberi cahaya saat jutaan
atau bahkan miliaran umat manusia di seluruh dunia membutuhkan penerangan
untuk bekerja memenuhi kehidupan mereka.
Uniknya,
meskipun semua makhluk membutuhkannya, matahari tetaplah matahari yang
tahu kapan saatnya terbit, kapan saatnya tenggelam. Meskipun tenggelam,
matahari tetap memberikan harapan, karena esok hari, ia akan terbit
kembali dengan membawa semangat baru yang lebih baik lagi. Harapan, kata
Rhonda Byrne –penulis buku best seller, The Secret— adalah daya tarik yang sangat kuat yang mampu
menarik segalanya pada diri Anda.
Maka, manusia
tanpa harapan pada hakikatnya telah mati sebelum nyawa terlepas dari
raganya. Saat ini, kita membutuhkan capres yang mampu memberikan harapan,
mengajak rakyatnya percaya akan hari esok yang lebih baik, Indonesia yang
makmur dan berkeadilan sebagaimana tertuang pada tujuan dari kemerdekaan
kita.
Kita tidak
butuh capres yang hanya pandai menjual diri, membuangbuang harta kekayaan
sekadar untuk iklan, untuk pencitraan. Kita butuh capres sejati, yakni
capres yang mampu meneladani para founding
fathers, yang tampil di hadapan rakyat apa adanya, namun siap
mengorbankan apa pun yang dimilikinya saat rakyat membutuhkannya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar