|
SUARA
KARYA, 01 Februari 2013
Bumi merupakan tempat berpijak
bagi manusia untuk melangsungkan fase kehidupan dunia. Di bumi ini, manusia
hidup dengan berbagai fasilitas yang sangat mencukupi disediakan oleh bumi
untuk kebutuhan seluruh umat manusia. Sebagaimana diutarakan Gus Dur bahwa
alam telah cukup menyediakan kebutuhan bagi umat manusia, kecuali mereka yang
serakah.
Karena bumi ini telah diciptakan
untuk fase kehidupan manusia dan kepentingan manusia pula, maka sekaligus
menjadi tanggung jawab besar umat manusia dalam pengelolaannya. Dengan
demikian, umat manusia berkewajiban untuk menjaga bumi ini dari kerusakan
sehingga eksistensi umat manusia pun langgeng di atas bumi ini.
Agama (Islam) merupakan salah satu
ujung tombak yang mengajarkan berbagai dalil dan ajaran tentang alam. Islam
bukan hanya sekadar agama dengan spiritualitas belaka. Lebih dari itu, Islam
telah mengonsepkan gerakan hijau untuk keseimbangan dan eksistensi alam yang
pada gilirannya juga memiliki pengaruh untuk eksistensi umat manusia.
Selain sebagai agama secara
spiritual dan sosial, Islam juga universal terhadap kondisi alam atau bumi
ini. Sehingga jelas bahwa Islam adalah agama yang peduli dengan lingkungan
ketika berbagai dalil diuraikan dan disarikan dari teks ajarannya. Banyak
dari ayat Al Quran dan Hadis yang menerangkan tentang alam (kauniyah), kerusakan bumi karena
keserakahan manusia, dan lain sebagainya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh
seorang aktivis dan konsultan lingkungan, Ibrahim Abdul Matin bahwa Islam
tidak hanya menaruh perhatian kepada persoalan spiritual dan interaksi dengan
sesama, tetapi juga menginspirasi umat untuk peduli kepada alam. Al Quran
menyebut manusia sebagai khalifah, artinya 'wakil Tuhan' untuk melaksanakan
titah-Nya di bumi, termasuk menjaga dan merawat bumi.
Dengan demikian, Islam sebagai
agama telah menginteraksikan dan mengintegrasikan hubungannya dengan ranah
berketuhanan, berkemanusiaan, dan berkealaman. Trilogi ini merupakan bentuk
satu kesatuan yang mewujud dalam ajaran Islam yang rahmatan lil alamain
(kasih sayang bagi seluruh alam). Fondasi keberagamaan (Islam) tersebut
merupakan konsep dasar dari ajaran moral-spiritual umat manusia yang
hendaknya dijadikan falsafah kehidupan.
Selain hubungannya dengan Tuhan
dan berbuat baik terhadap sesama, Islam juga mengajarkan agar manusia
senantiasa menjaga dan turut aktif melestarikan alam. Di sinilah konsep
'agama hijau' yang diusung dalam pemikiran Ibrahim Abdul Matin, aktivis kulit
hitam asal Amerika tersebut. Suatu konsep yang pada dasarnya tidak terlepas
dari pemaknaan-pemaknaan berbagai dalil yang menegaskan bahwa Islam adalah
agama hijau, yakni agama yang peduli terhadap alam. Agama hijau merupakan
jalan rohani sekaligus jalan ilmiah. Salah satu fakta yang kurang dipahami
mengenai Islam adalah bahwa Islam bersesuaian dengan ilmu pengetahuan. Tidak
ada pertentangan antara ajaran Islam dan ilmu pengetahuan.
Tuhan, melalui para nabi dan kitab
suci, telah memberikan perintah yang jelas kepada manusia untuk menjaga bumi.
Perintah ini bersifat rohani sekaligus ilmiah. Berkat ilmu pengetahuan,
manusia menjadi lebih tahu tentang penciptaan dan cara terbaik untuk
menjaganya.
Dengan demikian, Islam
mengisyaratan setidaknya enam prinsip etis dalam kaitannya dengan bumi atau
alam semesta, yakni tauhid (kesatuan Tuhan dan ciptaan), ayat (tanda-tanda
Tuhan), khalifah (penjaga di bumi), amanah (kepercayaan Tuhan), adl
(menegakkan keadilan), dan mizan (kehidupan yang seimbang dengan alam).
Keenam prinsip etis tersebut ditekankan oleh Islam dalam upaya untuk menjaga
dan melestarikan bumi atau alam ini.
Dalam realitasnya, manusia memang
dianugerahi pikiran dan nafsu. Keduanya merupakan satu kesatuan yang
digunakan manusia untuk bertindak. Akan tetapi, terkadang nafsu manusia itu
lebih dominan dalam mengendalikan tindakan, sehingga pikiran pun digunakan
untuk mengikuti alur nafsu yang negatif. Hal itu bisa dibuktikan dalam
tindakan manusia mengeksploitasi alam sehingga tidak jarang mengakibatkan
bencana alam.
Banjir, tanah longsor, kebakaran
hutan, erosi, dan lain sebagainya tentunya adalah akibat dari perbuatan
manusia. Itu pun telah jelas diprediksikan oleh kitab suci (Al Quran) dalam
satu ayatnya tentang kerusakan bumi yang diakibatkan oleh ulah tangah manusia
yang serakah dan hanya mengedepankan nafsu hewani semata.
Maka, konsep agama hijau harus
dilandaskan pada sendi-sendi kehidupan umat manusia di dunia. Kenapa, tidak
lain adalah demi eksistensi hubungan ekologis antara manusia dengan alam.
Harmonisme antara manusia dan alam memang harus terus diupayakan untuk
kemaslahatan seluruh umat manusia dan juga alam semesta.
Mengamalkan prinsip agama hijau
berarti mengambil jalan yang jarang dilalui. Itu berarti membuat pilihan yang
berat dan percaya kepada Sang Pencipta saat membuat berbagai pilihan.
Semangat untuk mengambil jalan yang jarang dilalui inilah yang dimiliki
generasi muslim awal ketika mereka dikejar-kejar kaum Quraisy, suku di Mekkah
yang merupakan asal Nabi Muhammad. Energi itu pulalah yang tersimpan dalam
hati para sahabat Isa as yang mendorong mereka membuat keputusan untuk
menempuh jalan lain dari semua orang di sekitar mereka.
Di sisi lain, penguatan ajaran
agama untuk melindungi alam merupakan tanggapan dari gerakan lingkungan yang
terlampau disekulerkan (dilepaskan dari agama). Padahal, hendaknya semangat
tersebut muncul dari kalangan beragama karena agama telah mengajarkan gerakan
lingkungan yang demikian itu. Oleh karenanya, umat manusia (muslim) hendaknya
bekerja untuk melindungi planet ini atas dasar keimanan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar