Ekonomi dan
Stabilitas
Firmanzah ; Staf
Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan
|
REPUBLIKA,
03 Desember 2012
Perkembangan ekonomi
global hingga pengujung 2012 masih menyisakan berbagai ketidakpastian,
khususnya terkait pertumbuhan global yang terus tertekan krisis. Proses pemulihan
global masih berjalan lamban sehingga memberi tekanan pada permintaan global,
baik perdagangan maupun investasi.
ADB mengoreksi
pertumbuhan kawasan di dunia dari proyeksi sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada 2012 terkoreksi dari dua persen beberapa bulan lalu menjadi 1,9 persen. Begitu pula zona Eropa yang diperkirakan ADB semakin tertekan dengan pertumbuhan negatif 0,6 persen (dari proyeksi sebelumnya negatif 0,5 persen).
Koreksi pertumbuhan
global dan kawasan merupakan dampak dari berlarutnya krisis Eropa dan AS yang
kemudian menekan laju permintaan global dan memberi efek yang berantai pada
seluruh aktivitas ekonomi global. Tekanan permintaan global dan menurunnya
nilai serta volume perdagangan internasional menyebabkan proses pemulihan
global berjalan lamban.
Negara-negara yang
bergantung pada strategi ekspor (export-led
growth)
menghadapi kondisi sulit dan perlu untuk melakukan manuver-manuver jangka pendek dalam mengatasi tekanan permintaan yang terus menukik turun. Di sisi lainnya, negara-negara dengan strategi pertumbuhan berbasis ekonomi domestik (domestic-led growth) dipandang relatif lebih mampu bertahan, tetapi menghadapi tantangan.
Kinerja ekonomi
Indonesia sepanjang 2012 menunjukkan perkembangan yang terus membaik di
tengah dinamika global yang semakin tidak menentu merupakan imbas konsistensi
serta kedisiplinan dalam menjaga stabilitas ekonomi domestik. Triwulan
II-2012, Indonesia mencatatkan pertumbuhan tertinggi kedua di dunia dengan
tren positif setelah Cina.
Stabilitas ekonomi
memerlukan dukungan stabilitas politik dan keamanan yang menjamin aktivitas
ekonomi nasional. Stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan merupakan trisula
pembangunan yang menjadi syarat mutlak tercapainya cita-cita pembangunan Indonesia
2025 menuju masyarakat yang mandiri, adil, dan sejahtera.
Sebagai negara dengan
pertumbuhan tertinggi kedua di dunia dan ekonomi terbesar ke-15 di dunia,
Indonesia sangat diharapkan dunia (dan kawasan) dapat menjadi motor penggerak
ekonomi global. Membesarnya kelas menengah yang kemudian mendorong konsumsi
domestik sebagai pilar utama ekonomi Indonesia telah memberikan efek yang
positif di tengah ketidakpastian global.
Pengelolaan kebijakan
ekonomi dengan prinsip kehati-hatian dan kedisiplinan yang tinggi melengkapi
fondasi stabilitas ekonomi domestik. Imbasnya, arus investasi mengalir deras
dan mengindikasikan semakin berdenyutnya ekonomi domestik. Sepanjang Januari-
September 2012, realisasi investasi telah mencapai Rp 229,9 triliun atau 81,1
persen dari target 2012.
Kontribusi sektor
investasi yang terus membesar dalam porsi ekonomi nasional merupakan gambaran
transformasi ekonomi dan penemuan sumber-sumber pertumbuhan baru, di samping
terus menjaga konsumsi domestik. Tren positif ini akan terhambat tanpa dukungan
stabilitas keamanan dan politik.
Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dalam arahannya kepada para pimpinan daerah dan jajaran
kepolisian mengingatkan perlunya langkah-langkah persuasif tidak hanya dalam
mengatasi konflik, tetapi juga memitigasi potensi konflik yang mungkin
terjadi. Terlebih menjelang Pemilu 2014, partisipasi aktif serta proaktif
perlu dilakukan untuk menjaga kinerja demokrasi dan ekonomi selama ini.
Beberapa waktu ini
tercatat kenaikan konflik sosial yang berpotensi mengganggu stabilitas
ekonomi nasional. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri, setidaknya
terjadi 89 kasus konflik sosial hingga Agustus 2012. Angka ini relatif lebih tinggi dari 77 kasus konflik sosial yang terjadi
2011.
Persoalan hubungan
industrial antara buruh dan pengusaha beberapa waktu belakangan juga
merupakan persoalan yang perlu dijaga agar tidak mengganggu iklim investasi.
Demokrasi bukan berarti kebebasan yang sebebas- bebasnya tanpa tanggung jawab
di dalamnya.
Fenomena konflik
komunal dan horizontal, aksi protes, dan unjuk rasa jangan sampai mereduksi
semangat dan perjalanan demokratisasi yang sudah baik. Tingginya angka
konflik yang terjadi sepanjang 2012 mendapatakan perhatian serius Presiden
SBY.
Sering kali sumber
konflik berasal dari rasa ketidakadilan (perceive
injustice)
yang dirasakan penduduk lokal karena tidak dilibatkan dalam proses pembangunan di daerahnya. Sejumlah daerah yang berhasil mengakselerasi pembangunan infrastruktur selalu didukung stabilitas dan keamanan yang kondusif.
Segenap elemen bangsa
perlu menyikapi dan merespons secara bijak konflik horizontal yang berpotensi
menjadi gangguan sosial, ekonomi, dan politik dengan mendudukkan hukum dan
aturan sebagai pedoman. Hukum dan aturan perlu ditegakkan dalam koridor
berbangsa dan bernegara.
Tetapi, demikian hukum
dan aturan juga perlu ditelaah agar tidak menjadi sumber masalah yang
berpotensi berubah menjadi konflik horizontal.
Ekonomi nasional harus terus dijaga di tengah kondisi dunia yang belum
menunjukkan perbaikan substantif dan fundamental. Kesempatan ini merupakan
momen berharga bagi Indonesia untuk terus memacu kinerja ekonomi domestik,
menarik investasi, mendorong ekspor, industrialisasi, percepatan infrastruktur,
perluasan lapangan kerja, yang akhirnya diharapkan setidaknya dapat menekan
imbas krisis global.
Meningkatnya kinerja
investasi 2012 tidak hanya perlu dioptimalkan dalam proses percepatan
pembangunan, tetapi juga perlu dijaga sehingga iklim ini terus positif.
Potensi gangguan atau instabil- itas keamanan dan politik yang melemahkan
stabilitas ekonomi perlu diantisipasi.
Peran pemerintah
daerah, aparat penegak hukum, dan masyarakat menjadi penentu percepatan pembangunan
dengan melakukan eliminasi terhadap potensi instabilitas kemananan dan
politik. Ekonomi nasional diyakini akan terus bersinar dengan kondisionalitas
stabilitas keamanan dan politik. Peta konflik dan potensi konflik perlu
diurai, ditekan, dan mendapat solusi optimal sesuai koridor hukum. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar