Jumat, 16 November 2012

Obama Lanjutkan Penciptaan Brand Keadilan Masyarakat Amerika


Obama Lanjutkan Penciptaan
Brand Keadilan Masyarakat Amerika
Suzie S Sudarman ;  Pakar Kajian Amerika Serikat dan Ketua Pusat Kajian Wilayah Amerika Universitas Indonesia
MEDIA INDONESIA, 08 November 2012



OBAMA yang terpilih di 2008 dan 2012 ini niscaya dapat merepresentasikan sebuah brand keadilan Amerika Serikat yang dilakukan oleh sosok kepemimpinan yang jujur dan dapat dipercaya. Sebuah model yang bisa menjadi anutan bagi bangsa Indonesia. Bangsa ini tengah mendambakan hadirnya rasa persaudaraan melalui sebuah pembentukan komunitas yang berkeadilan dan terus mengupayakan kesejahteraan. Soal keadilan menjadi menonjol di masa pembangunan ekonomi yang kian menjadi kompleks dalam dekade mendatang, dan menyebabkan penghitungan pertumbuhan ekonomi yang bergantung kepada variabel tunggal akan menjadi kurang bermanfaat (Sachs, 2012).
Obama dan Pemilihan 2008
Ketika terpilih pada 2008, Presiden Barack Obama merepresentasikan dirinya sebagai seseorang yang mampu mengatasi perpecahan. Karena lahir sebagai orang yang berdarah campuran hitam dan putih, ia memiliki rasa keseimbangan mendalam dan sebuah intuisi khas yang bisa menjadi tumpuan bagi kalangan yang berbeda untuk bersatu. Ia merepresentasikan dirinya sebagai penyembuh dan bukan sebagai pemecah (Lelyveld, 2008). Ketika menulis, ia melakukan sesuatu di luar dari apa yang diperkirakan. Ia cenderung merefleksikan rasa kerisauan dan keraguannya, dan mengaitkan berbagai masalah yang sulit diekspresikan politisi lainnya, seperti soal ras dan kelas, penyalahgunaan obat terlarang, kemiskinan, dan agama (Lewan, 2008).
Untuk sebagian orang, kemenangan Obama mencerminkan sebuah pemilihan baru yang berpusat pada keragaman etnik di saat Amerika masuk ke dunia politik yang baru dan sangat signifikan maknanya. Tetapi lebih penting untuk dicatat ialah bahwa Presiden Obama telah menciptakan kembali brand Amerika. Amerika yang bisa mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya melalui penguatan proses demokrasi dan perubahan peri kehidupan rakyat yang kurang mampu.
Latar belakangnya menarik sebagai penggerak komunitas (community organizer) karena ia berhasil membangun lingkungan yang telah rusak akibat ditutupnya beberapa pabrik besi baja. Dia mulai dengan sebuah upaya pelatihan kerja untuk para penganggur dan program pascasekolah bagi anak-anak. Karena pengalaman inilah Presiden Obama mulai menyadari apabila kalangan yang beriman itu bersatu, mereka niscaya dapat melakukan hal-hal yang luar biasa baiknya.
Program-programnya bersifat progresif dan menyangkut 37 juta masyarakat miskin. Kebanyakan mereka terdiri dari wanita yang telah bercerai dan anak-anak. Ia terus menerus memperjuangkan EITC (earned income tax credit), menciptakan tingkat gaji yang memadai, mempekerjakan guru-guru yang baik khususnya di bidang sains dan matematika di sekolah-sekolah yang sedang mengalami kesulitan, menambahkan hibah Pell (Pell Grants) bagi mereka yang ingin mengenyam sekolah di perguruan tinggi.
Presiden Obama percaya bahwa bangsanya mampu mengurangi tingkat kemiskinan dengan dua cara, yakni dengan meningkatkan rasa tanggung jawab atas diri mereka masingmasing sebagai suatu ma masing sebagai suatu syarakat, juga atas upaya memperkukuh keluarga kuh keluarga Amerika.
Untuk membantu keluarga Amerika dalam meningkatkan pendapatan, Presiden Obama telah mengusulkan kredit tabungan untuk kalangan berpenghasilan rendah atau kurang dari US$75.000 (savings credit for low--and-middle income Americans), juga dalam hal kredit pajak untuk anak dan yang membutuhkan bantuan (the child and dependent care tax credit) sehingga kalangan yang bekerja bisa memperoleh diskon 50% atas pengeluarannya.
Presiden Obama juga telah mendorong lahirnya rencana stimulus untuk menghindarkan pemutusan kerja dan menciptakan lapangan kerja dengan investasi di bidang infrastruktur. Di samping juga memberikan kredit perpajakan sebesar US$4.000 untuk pembayaran uang sekolah di perguruan tinggi buat seluruh bangsa (American opportunity tax credit).
Obama dan Pemilihan 2012
Menjelang pemilihan umum 2012 Presiden Obama merepresentasi dirinya sebagai orang yang akan memperjuangkan kepentingan kalangan rakyat yang biasa. Narasi yang mengawali mengawali pertarungan ini berisi cerita tentang kepresidenannya yang merupakan sebuah rangkaian yang kukuh dan tidak populer, menceritakan tentang upaya mengatasi persoalan pabrik mobil dan perawatan kesehatan.
Dalam hal ini ia berupaya menunjukkan soal kalangan kelas menengah yang ia coba selamatkan. Dengan penuh bekas luka-luka, ia tetap menjanjikan untuk tidak mundur dari pertarungan merealisasikan terbangunnya kalangan kelas menengah yang lebih besar. Kata ‘akan bertarung’ acap kali muncul dalam pidatonya. Ia merepresentasikan dirinya sebagai benteng baik terhadap upaya kalangan Partai Republik di Kongres maupun kaum berada yang direpresentasikan oleh Romney.
Namun ada banyak kendala menghadang yakni kalangan Partai Republik akan mempertahankan kontrol di Kongres sekalipun Presiden Obama terpilih kembali. Sangat mungkin kelompok Tea Party yang senantiasa menolak kebijakan Presiden di 2010 tentunya akan tetap merasa berani karena kesuksesan pemilihan anggota Kongres Partai Republik-—dan mungkin saja menjadi lebih keras kepala dalam resistensinya terhadap rancangan pengeluaran di tataran domestik. Dalam menghadapi negosiasi yang akan berlangsung, seorang presiden yang terpilih kembali akan dipaksa untuk mempertahankan tingkatan pengeluaran untuk pendidikan yang ada dan bisa jadi akan mengalami kesulitan dalam upayanya menciptakan program-program baru.
Seorang presiden yang terpilih kembali, jika dibatasi tindakannya oleh Kongres, bisa berpaling ke luar negeri. Mungkin bisa timbul konflik soal Iran karena banyak yang tidak bisa menerima keadaan di mana Iran itu mempersenjatai diri dengan nuklir. Memang seorang presiden yang sedang menjalani proses pemilihan kembali tidak akan secara spesifik menyebutkan rencananya di masa pemerintahan keduanya.
Dengan terpilihnya kembali Barack Obama, terbukti bahwa soal kejujuran, rasa percaya, dan karakter itu penting. Warga Amerika memandangnya dari kenyataan bahwa sebagai pemimpin, Presiden Obama-sekalipun sering tersandung-sanggup bertahan dalam kurun waktu empat tahun mencoba mengatasi keadaan ekonomi yang sangat sulit.
Obama memang telah berhasil mewujudkan Undang-Undang Perawatan Kesehatan melawan kekuatan yang menentangnya sekalipun sebuah upaya membenahi soal imigrasi luput dari jangkauannya. Pemotongan pajak untuk orang kaya yang ia janjikan untuk diakhiri ternyata juga masih bertahan. Oleh karena itulah, ia kurang banyak menjanjikan hal baru. Utang pemenuhan janji yang lama tetap mengganggu dalam proses kampanye untuk masa pemerintahan keduanya.
Presiden Obama masih menjanjikan peningkatan taraf perpajakan pasangan yang berpenghasilan US$250.000 dan individu yang berpenghasilan US$200.000 karena agenda pemerintahannya membutuhkan hasil penerimaan pajak yang lebih tinggi dari kalangan yang berpenghasilan tinggi.
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia, menjelang Pemilihan Umum 2014 tentunya bisa menyambut brand keadilan Amerika Serikat yang dilakukan oleh sosok kepemimpinan yang jujur dan dapat dipercaya, untuk memperkukuh persatuan bangsa dalam menyongsong masa depan yang lebih gemilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar