Jumat, 02 November 2012

Akal Sehat dalam Politik


Akal Sehat dalam Politik
Sauqi Futaqi ;  Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
SINAR HARAPAN, 01 November 2012


Politik merupakan bagian dari aktivitas manusia. Ini merupakan konsekuensi logis dari potensi akal manusia yang memberikan ruang untuk memikirkan bagaimana menata kehidupan.

Karena manusia memiliki akal, politik dijadikan sebagai cara-cara untuk menciptakan kehidupan yang baik. Sebagaimana yang dipahami para pemikir Yunani seperti Plato dan Aristoteles, bahwa politik dipahami sebagai en dam onia atau the good life (kehidupan yang baik).

Jadi, politik pada hakikatnya merupakan upaya membangun tatanan kehidupan yang manusiawi, karena keberadaannya diciptakan manusia dan untuk kehidupan manusia; sehingga apa yang menjadi harapan manusia bisa tercapai dengan menggunakan kerja politik. Maka yang menjadi titik tolak di dalam menjalankan politik adalah kehidupan yang manusiawi.

Namun, yang menjadi pertanyaan kenapa fakta politik justru melahirkan ketidakmanusiawian (dehumanisasi)? Pada kenyataannya, politik bergeser menjadi perebutan kekuasaan dan kekayaan, yang dalam hal ini justru menjadikan manusia bermusuhan dan bertengkar satu sama lain.

Dalam realitas politik, yang lebih dominan adalah perang kepentingan dengan tingkat yang cukup tinggi. Maka, istilah yang melekat di dalam politik adalah “siapa yang kuat, dialah pemenangnya”.

Politik yang melahirkan dehumanisasi juga mendapat pendasarannya di dalam 
perjalanan sejarah. Dalam fakta sejarah, perang dan pembunuhan tidak jarang turut menghiasi politik.

Perang dunia pertama, perang dunia kedua, perang di beberapa negara Timur Tengah, dan masih banyak lagi perang politik lainnya, merupakan sebagian kecil dari fakta sejarah politik yang tidak bisa ditutupi.

Dalam konteks Indonesia, berbagai tindakan kekerasan dan pembunuhan pernah terjadi pada politik Orde Baru dan beberapa pembunuhan di beberapa daerah lantaran dianggap mengancam kepentingan rezim.

Di samping perang dan pembunuhan, politik sering kali ditampilkan dalam bentuk perampokan besar-besaran terhadap uang negara. Kekuasaan dijalankan untuk merampas harta manusia (rakyat). Jabatan dimanfaatkan sebagai alat untuk memperkaya diri dan menggeser kepentingan rakyat.

Di negeri ini, korupsi pada kenyataannya merupakan tindakan yang sepertinya sudah melekat dalam politik. Perang kepentingan yang mengorbankan banyak manusia juga masih mendominasi fakta politik. Akhirnya, cukup banyak jika mengurai kebobrokan dan fakta politik yang jelas-jelas menegasikan aspek kemanusiaan manusia.

Batas Kemanusiaan

Akal merupakan komponen pembatas antara manusia dan yang bukan manusia. Binatang tidak mempunyai akal sehingga tidak harus memikirkan tentang sesuatu untuk menghadapi kehidupannya. Berbeda dengan binatang, manusia diberi potensi akal yang berfungsi sebagai alat untuk berpikir. Pekerjaan berpikir ini merupakan manifestasi dari aspek kemanusiaannya.

Karena manusia diberi akan untuk berpikir, manusia diberi tanggung jawab oleh Tuhan untuk memikirkan dunianya; menata dan menyelamatkan sesama manusia, alam dan kehidupannya. Dengan demikian, berpikir merupakan tugas utama manusia sebagai makhluk Tuhan.

Dalam konteks kehidupan di masyarakat, manusia memiliki tugas dan fungsi yang sangat beragam. Ia tidak hanya memikirkan bagaimana dia dapat menghidupi dirinya sendiri, melainkan juga memikirkan bagaimana menjalin hubungan dengan Tuhan, manusia dan lingkungannya.

Dalam hubungan dengan Tuhan, manusia dituntut untuk berpikir tentang segala sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya; melalui ayat-ayatnya, baik yang tersurat maupun yang tersirat.

Dalam hubungan sesama manusia, manusia dituntut untuk memikirkan bagaimana menjaga komunikasi, saling menjaga nama baik, dan menata kehidupan sosial yang lebih baik.

Dengan akal itulah manusia membentuk sebuah budaya dan pada saat yang bersamaan manusia dituntut untuk menjaga dan mengikuti budaya. Dalam relasi ini, manusia benar-benar menjadi subjek yang berpikir, karena ia selalu memikirkan bagaimana menciptakan relasi kemanusiaan yang kokoh di tengah kehidupan masyarakat.

Dalam hubungannya dengan lingkungan alam, manusia sebagai subjek yang berpikir diberi tanggung jawab untuk memikirkan bagaimana menjaga lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi manusia dan merusak lingkungan itu sendiri. Akal yang menjadi batas kemanusiaan manusia akan mendudukkan manusia sebagai makhluk yang ramah terhadap lingkungan.

Politik yang Manusiawi

Aktivitas politik merupakan salah satu konsekuensi dari kemanusiaan manusia yang memiliki akal berpikir. Aktivitas politik ini merupakan bagian dari ketiga relasi manusia di atas. Oleh karenanya, politik juga mengandung hubungan dengan Tuhan, manusia, dan lingkungan.

Jadi, politik adalah kesadaran kemanusiaan dalam menjalin hubungan ketiganya. Ia tidak bisa dipahami hanya pada satu hubungan dengan dirinya sendiri atau kelompoknya, melainkan melibatkan ketiga relasi tersebut. Inilah yang menjadi keseluruhan kesadaran kemanusiaan di dalam menjalankan politik.

Sebagai konsekuensinya, manusia yang menjalankan politik harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan, manusia, dan lingkungannya. Ia berhubungan dengan Tuhan, karena aktivitas politik merupakan tanggung jawab manusia sebagai makhluk Tuhan yang ditugaskan untuk mengatur kehidupan di dunia.

Menjadi politikus merupakan pilihan yang menuntut adanya pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Ia berhubungan dengan manusia, karena aktivitas politik melibatkan kepentingan antarsesama manusia, oleh karenanya ia bertanggung jawab terhadap sesama manusia. Begitu juga dalam hubungannya dengan lingkungan, politik dituntut untuk tidak merusak lingkungan.

Politik yang didasarkan pada akal yang berpikir akan melahirkan politik yang manusiawi. Ini mengandung pengertian bahwa aktivitas politik merupakan salah satu aktivitas akal manusia yang dipergunakan untuk menata kehidupan. Jika dalam konteks negara, politik digunakan untuk menata kehidupan bernegara.

Dalam menata kehidupan negara, politik memiliki hubungan erat dengan Tuhan, manusia, dan lingkungan. Jika realitas politik mengarah pada perusakan terhadap kehidupan bernegara maka politik sudah tidak lagi dijalankan dengan akal yang merupakan ciri khas kemanusiaannya. Di sinilah peran akal sehat di dalam menjalankan politik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar