Romantisme
Perjuangan Mudik
|
Musa Asy’arie ; Rektor
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
|
SINDO,
15 Agustus 2012
Semakin dekat Lebaran, suasana mudik sudah
mewarnai berbagai kegiatan masyarakat kita di mana-mana, sejak belanja untuk
keperluan Lebaran di mal dan di pasar,penuhnya jalanan di darat, di udara,
serta di lautan yang sudah mulai kebanjiran pemudik, juga disertai dengan
tingkat kejahatan yang makin tinggi seperti pencurian, penodongan, serta
penipuan. Aroma mudik sudah merebak di semua aspek kehidupan kita di mana-mana.
Logika Mudik
Seringkali dipertanyakan
banyak orang, mengapa harus mudik dengan mempertaruhkan segalanya yang penuh
risiko? Karena mudik telah meminta pengorbanan yang besar yaitu tenaga,
pikiran, dan biaya, bahkan risiko kecelakaan yang tidak jarang merenggut nyawa
di perjalanan yang penuh sesak dan saling berebutan.
Semua kesulitan dan penderitaan itu ternyata tidak pernah menyurutkan niat banyak orang untuk mudik, dari dulu hingga sekarang, pokoknya mudik! Mudik bagi yang menjalaninya, sungguh mempunyai kekuatan yang magis, yang tidak bisa dimentahkan oleh alasan-alasan rasional logis apa pun karena mudik juga mempunyai rasionalisme sendiri yang menggetarkan bagi yang menjalaninya.
Niat untuk menuju ke kota adalah niat untuk berjuang meraih kehidupan yang lebih baik karena kehidupan di desanya sudah tidak memberikan harapan hidup yang lebih baik lagi.Nasib petani yang kian terpuruk, juga lapangan pekerjaan yang semakin sempit disertai penghasilan yang semakin kecil, padahal tantangan dan biaya kehidupan untuk pendidikan dan kesehatan semakin tinggi. Bagi orang-orang yang berpendidikan tinggi,kehidupan di desa sungguh tidak menarik baginya.
Maka satu-satunya jalan adalah menuju kota. Jadi mudik adalah bagian dari rangkaian perjuangan hidupnya untuk meraih sukses di kota. Mudik tidak bisa ditinggalkan bagi siapa pun yang memilih hidup menjadi urban. Setiap orang yang menjadi urban, ia akan memenuhi panggilan mudik. Mudik sesungguhnya merupakan kesatuan dari semangat menaklukkan kota.
Romantisme Perjuangan Magis
Fenomena mudik adalah fenomena romantisme magis dan kolosal. Mudik menjadi ritual yang harus dijalani setiap urbanis yaitu mereka yang menuju kota untuk bekerja dan mengubah nasibnya. Mudik mempunyai romantisme sendiri dan telah menjadi ritual magis yang selalu dijalani oleh banyak orang sebagai bagian dari perjuangan hidupnya untuk meraih sukses di kota.
Melalui mudik seorang urban yang berhasil menaklukkan kota dan mengubah nasibnya menjadi orang yang sukses akan menunjukkan eksistensinya dalam mudik yaitu dengan memperlihatkan segala kesuksesan yang diraihnya, baik dengan kendaraan yang dipakainya, pakaiannya,maupun oleholeh barang yang dibawa untuk hadiah yang akan dibagi-bagikan di desanya. Mudik menjadi saat yang indah baginya, memberikan pesona dan kepuasan emosionalnya.
Sedangkan bagi yang kalah hidup di kota, yang belum bisa menaklukkan kota dengan kesuksesan dan kekayaan yang diraihnya, mudik juga tidak kalah pentingnya karena dengan mudik mereka dapat kesempatan untuk bertemu orang-orang yang dituakan di kampung halamannya. Mudik ibarat kesempatan untuk memperoleh energi spiritual yang baru yang dapat memberikan semangat untuk bangkit lagi.
Mudik juga merupakan kesempatan emas bagi mereka memperoleh bekal doa dari orang yang dituakannya, dihormatinya, dan dicintainya dan akan menjadi kekuatan magis untuk bekal penting kembali berjuang di kota. Karena itu, semangat dan romantisme perjuangan mudik tidak bisa disurutkan dan dimentahkan oleh nasihat atau alasan rasional, betapa pun besarnya risiko yang mungkin terjadi di sepanjang perjalanannya.
Suka atau tidak, mudik menjadi bagian sah dari realitas hidup para urban. Tradisi mudik selalu menghidupkan romantisme baru yang penuh pesona dan magis. Mudik tidak bisa dilawan siapa pun. Kita harus menghormatinya dan pemerintah harus memberikan fasilitas agar perjalanan mudik warganya memberikan keselamatan dan kenyamanan.
Pemaknaan Mudik
Sebagai realitas permanen, mudik juga mendapatkan legitimasi agama yang kuat karena agama memberikan makna ibadah yang strategis dalam mudik yaitu untuk silaturahmi dengan keluarga dan masyarakat kampung halamannya. Dalam agama silaturahmi dipandang sebagai ibadah yang tidak boleh ditinggalkan, bahkan melalui silaturahmi, usia seseorang dapat diperpanjang dan rezekinya pun akan bertambah banyak.
Karena itu,mudik harus mendapatkan pemaknaan yang positif untuk menjalankan ajaran agama yaitu menyempurnakan ibadah puasa yang sudah dilakukannya selama sebulan penuh dengan silaturahmi dan bersedekah. Pemaknaan itu penting agar mudik tidak hanya perjalanan yang bersifat fisik saja yang melelahkan dan menyedot dana yang besar, tetapi juga menjadi perjalanan spiritual yang mencerahkan.
Dalam konteks ini, spiritualitas mudik menjadi momentum kebangkitan seorang urban untuk berjuang terus melawan kemiskinannya, bukan hanya kemiskinan materi,tetapi juga kemiskinan spiritual sehingga menuntun perilakunya menaklukkan kehidupan kota dengan bekal moralitas yang kuat. Tanpa bekal moral yang kuat akan mengantarkannya menjadi seorang pecundang saja.
Mudik spiritual juga harus dilakukan oleh para pemimpin bangsa dan tokoh masyarakat karena mudik spiritual akan membentuk kesadaran baru, kinerja baru, semangat baru, komitmen baru, serta kerja nyata yang baru untuk masa depan Indonesia yang lebih baik, lebih adil, dan lebih sejahtera untuk seluruh rakyatnya. Semoga. ●
Semua kesulitan dan penderitaan itu ternyata tidak pernah menyurutkan niat banyak orang untuk mudik, dari dulu hingga sekarang, pokoknya mudik! Mudik bagi yang menjalaninya, sungguh mempunyai kekuatan yang magis, yang tidak bisa dimentahkan oleh alasan-alasan rasional logis apa pun karena mudik juga mempunyai rasionalisme sendiri yang menggetarkan bagi yang menjalaninya.
Niat untuk menuju ke kota adalah niat untuk berjuang meraih kehidupan yang lebih baik karena kehidupan di desanya sudah tidak memberikan harapan hidup yang lebih baik lagi.Nasib petani yang kian terpuruk, juga lapangan pekerjaan yang semakin sempit disertai penghasilan yang semakin kecil, padahal tantangan dan biaya kehidupan untuk pendidikan dan kesehatan semakin tinggi. Bagi orang-orang yang berpendidikan tinggi,kehidupan di desa sungguh tidak menarik baginya.
Maka satu-satunya jalan adalah menuju kota. Jadi mudik adalah bagian dari rangkaian perjuangan hidupnya untuk meraih sukses di kota. Mudik tidak bisa ditinggalkan bagi siapa pun yang memilih hidup menjadi urban. Setiap orang yang menjadi urban, ia akan memenuhi panggilan mudik. Mudik sesungguhnya merupakan kesatuan dari semangat menaklukkan kota.
Romantisme Perjuangan Magis
Fenomena mudik adalah fenomena romantisme magis dan kolosal. Mudik menjadi ritual yang harus dijalani setiap urbanis yaitu mereka yang menuju kota untuk bekerja dan mengubah nasibnya. Mudik mempunyai romantisme sendiri dan telah menjadi ritual magis yang selalu dijalani oleh banyak orang sebagai bagian dari perjuangan hidupnya untuk meraih sukses di kota.
Melalui mudik seorang urban yang berhasil menaklukkan kota dan mengubah nasibnya menjadi orang yang sukses akan menunjukkan eksistensinya dalam mudik yaitu dengan memperlihatkan segala kesuksesan yang diraihnya, baik dengan kendaraan yang dipakainya, pakaiannya,maupun oleholeh barang yang dibawa untuk hadiah yang akan dibagi-bagikan di desanya. Mudik menjadi saat yang indah baginya, memberikan pesona dan kepuasan emosionalnya.
Sedangkan bagi yang kalah hidup di kota, yang belum bisa menaklukkan kota dengan kesuksesan dan kekayaan yang diraihnya, mudik juga tidak kalah pentingnya karena dengan mudik mereka dapat kesempatan untuk bertemu orang-orang yang dituakan di kampung halamannya. Mudik ibarat kesempatan untuk memperoleh energi spiritual yang baru yang dapat memberikan semangat untuk bangkit lagi.
Mudik juga merupakan kesempatan emas bagi mereka memperoleh bekal doa dari orang yang dituakannya, dihormatinya, dan dicintainya dan akan menjadi kekuatan magis untuk bekal penting kembali berjuang di kota. Karena itu, semangat dan romantisme perjuangan mudik tidak bisa disurutkan dan dimentahkan oleh nasihat atau alasan rasional, betapa pun besarnya risiko yang mungkin terjadi di sepanjang perjalanannya.
Suka atau tidak, mudik menjadi bagian sah dari realitas hidup para urban. Tradisi mudik selalu menghidupkan romantisme baru yang penuh pesona dan magis. Mudik tidak bisa dilawan siapa pun. Kita harus menghormatinya dan pemerintah harus memberikan fasilitas agar perjalanan mudik warganya memberikan keselamatan dan kenyamanan.
Pemaknaan Mudik
Sebagai realitas permanen, mudik juga mendapatkan legitimasi agama yang kuat karena agama memberikan makna ibadah yang strategis dalam mudik yaitu untuk silaturahmi dengan keluarga dan masyarakat kampung halamannya. Dalam agama silaturahmi dipandang sebagai ibadah yang tidak boleh ditinggalkan, bahkan melalui silaturahmi, usia seseorang dapat diperpanjang dan rezekinya pun akan bertambah banyak.
Karena itu,mudik harus mendapatkan pemaknaan yang positif untuk menjalankan ajaran agama yaitu menyempurnakan ibadah puasa yang sudah dilakukannya selama sebulan penuh dengan silaturahmi dan bersedekah. Pemaknaan itu penting agar mudik tidak hanya perjalanan yang bersifat fisik saja yang melelahkan dan menyedot dana yang besar, tetapi juga menjadi perjalanan spiritual yang mencerahkan.
Dalam konteks ini, spiritualitas mudik menjadi momentum kebangkitan seorang urban untuk berjuang terus melawan kemiskinannya, bukan hanya kemiskinan materi,tetapi juga kemiskinan spiritual sehingga menuntun perilakunya menaklukkan kehidupan kota dengan bekal moralitas yang kuat. Tanpa bekal moral yang kuat akan mengantarkannya menjadi seorang pecundang saja.
Mudik spiritual juga harus dilakukan oleh para pemimpin bangsa dan tokoh masyarakat karena mudik spiritual akan membentuk kesadaran baru, kinerja baru, semangat baru, komitmen baru, serta kerja nyata yang baru untuk masa depan Indonesia yang lebih baik, lebih adil, dan lebih sejahtera untuk seluruh rakyatnya. Semoga. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar