Filantropi untuk
Kohesi Sosial
|
Azyumardi Azra ; Guru Besar
Sejarah, Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta; Anggota Council on Faith,
World Economic Forum, Davos
|
KOMPAS,
18 Agustus 2012
Sepanjang Ramadhan dan lebih
khusus lagi pekan terakhir menjelang Idul Fitri—adalah puncak filantropi Islam.
Pada waktu tersebut, banyak Muslim yang memiliki kelebihan rezeki mewujudkan
filantropi Islam dalam berbagai bentuk: mulai dari menyediakan makanan berbuka
dan sahur sampai mengeluarkan bermacam ragam zakat, infak, shadaqah/sedekah,
dan wakaf.
Ada berbagai ragam zakat
yang wajib dikeluarkan bila sudah memenuhi ketentuan fikih tentang jumlah
(nasab) dan masa kepemilikan, mulai dari zakat harta, zakat pertanian dan
hewan, zakat mas dan kekayaan lain, zakat penghasilan, hingga zakat fitrah.
Kewajiban mengeluarkan zakat
adalah untuk menyucikan penghasilan dan harta benda, serta menyalurkannya
kepada delapan pihak (asnaf) yang berhak menerima. Mereka itu adalah fakir;
miskin; amil (pengumpul zakat); mualaf (mereka yang baru memeluk Islam);
budak (kini ada macam-macam perbudakan baru); gharimin (orang terlilit utang); fisabilillah (mereka yang berada di jalan Allah dan mengalami
kesulitan pembiayaan, seperti penuntut ilmu, guru penyebar ilmu, dai, dan
tentara pembela negara); dan ibnu sabil,
yakni orang-orang yang sedang dalam perjalanan amal saleh dan kebajikan tetapi
telantar karena kekurangan dana.
Semua bentuk filantropi
Islam dapat diberikan kepada pihak penerima dalam bentuk uang kontan untuk
konsumsi dan kebutuhan lain. Sebutlah seperti untuk beasiswa pendidikan, modal
usaha kecil dan juga dalam bentuk barang (in
kind), seperti makanan iftar (jamuan
untuk berbuka puasa) dan sahur, paket Lebaran (biasanya berisi makanan kering,
minuman dan pakaian), serta beras sebagai zakat
fitrah.
Paling Dermawan
Potensi filantropi Islam
Indonesia sangat besar mengingat jumlah penganut Muslim Indonesia yang juga amat
besar—bahkan terbesar di dalam cakupan wilayah sebuah negara mana pun di muka
bumi. Menurut Sensus Penduduk 2010, kaum Muslimin mencapai 88,2 persen dari
keseluruhan penduduk Indonesia yang kini diperkirakan 240 juta jiwa. Lebih dari
separuh kaum Muslimin Indonesia dapat diasumsikan termasuk ke dalam kelas
menengah yang—menurut laporan Kompas, beberapa waktu lalu—mencapai sekitar 152
juta jiwa.
Dalam konteks filantropi
Islam Indonesia pada perspektif komparatif, menarik mengutip beberapa hasil
survei Global@dvisor bertajuk ”Views on
Globalisation and Faith” yang dilakukan Ipsos MORI di 24 negara pada April
2011. Survei itu melibatkan hampir 20.000 responden berdasarkan garis
keagamaan: Kristiani (Katolik dan Protestan di 19 negara); Islam di tiga negara
(Indonesia, Arab Saudi, dan Turki); Hindu (India); serta Buddha di tiga negara
(China, Jepang, dan Korea Selatan).
Terkait filantropi Islam,
juga menarik mengutip hasil survei tentang agama sebagai motivator dalam
melakukan pemberian (giving) dan
berbagi (sharing), yaitu kedermawanan
dalam bentuk pemberian waktu dan uang —untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Hasilnya, di antara penganut Kristiani secara keseluruhan 24 persen, Muslim 61
persen, Buddhis 20 persen, dan Hindu 33 persen. Ternyata kaum Muslim paling
dermawan —dan penting dicatat—di tiga negara yang disurvei itu atas dasar
motivasi agama adalah Muslim Indonesia (91 persen), diikuti Muslim Arab Saudi
(71 persen), dan Muslim Turki (33 persen).
Menarik pula, 83 persen
Muslim Indonesia di bawah usia 35 tahun percaya agama merupakan motivator lebih
besar dalam memberi dan berbagi. Ini adalah persentase tertinggi di dunia.
Selanjutnya Arab Saudi 78 persen, Afrika Selatan (51 persen), India (42
persen), AS (41 persen), Turki (39 persen), Brasil (32 persen), Korea Selatan
(31 persen), Meksiko dan Australia masing-masing 30 persen. Sisanya di bawah 30
persen dan Jepang terbawah dengan 12 persen saja.
Melihat berbagai data yang
cukup mengejutkan tentang Islam dan Muslim Indonesia, Richard Allen Greene dari
The CNN Wire, London, mewawancarai saya untuk meminta semacam penjelasan. Ini
tidak lain berangkat dari persepsi kuno, kaum Muslim Arab Saudi paling
dermawan. Namun, survei membuktikan bahwa kaum Muslimin Indonesia ternyata
lebih dermawan.
Potensi Besar
Meski dari sudut demografis
dan potensi kedermawanan kaum Muslim Indonesia sangat besar, realisasinya masih
jauh dari harapan. Menurut Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Didin
Hafidhuddin, pada 2011 realisasi dana filantropi Islam mencapai sekitar Rp 1,73
triliun. Jumlah ini tidak termasuk dana ZIS (zakat, infak, dan shadaqah) yang disalurkan langsung
kepada mereka yang berhak menerimanya.
Padahal, menurut beberapa
estimasi, jika setiap dan seluruh Muslim Indonesia yang memiliki kelebihan
rezeki dan harta mengeluarkan ZIS dan wakaf,
potensi dana filantropi Islam Indonesia antara Rp 19 triliun hingga Rp 20
triliun per tahun.
Meski realisasi dana ZIS
jauh lebih rendah daripada estimasi potensi, bisa dipastikan jumlahnya selalu
meningkat drastis dari tahun ke tahun. Peningkatan itu jelas terkait dengan
terus meningkatnya jumlah kelas menengah Muslim Indonesia. Mereka ini, yang
memiliki kedekatan baru (attachment)
kepada Islam, tidak hanya memunculkan ”gaya hidup baru” sebagai Muslim, seperti
pergi haji dan umrah plus ziarah rohani dalam jumlah sangat besar, dan juga
pemakaian jilbab, tetapi juga dalam pemberian dana filantropi.
Peningkatan dana filantropi
Islam dalam dua dasawarsa terakhir mendorong tumbuhnya berbagai lembaga amil
zakat, baik bersifat semi-pemerintah, bagian dari ormas Islam, ataupun berdiri
sendiri jadi semacam LSM. Berkat peningkatan dana filantropi, dana ZIS
disalurkan tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri, seperti
membantu bangsa Palestina—termasuk membangun rumah sakit di Gaza—dan terakhir
etnis Rohingya di Myanmar.
Adanya dana filantropi dalam
jumlah besar sangat penting dalam pemeliharaan dan peningkatan kohesi sosial.
Kesediaan mereka yang berpunya memberi dan berbagi bukan hanya dapat
meringankan beban kehidupan kaum fakir, miskin, dan mereka lemah dan tertindas
(dhu’afa dan mustadh’afin) secara
ekonomi, politik, dan sosial, melainkan juga dapat mengurangi—jika tak
menghilangkan—kecemburuan dan kejengkelan sosial di antara kelas-kelas sosial.
Dalam konteks kohesi sosial
negara-bangsa Indonesia, penyaluran dana filantropi hendaknya kian inklusif;
dengan juga menyalurkannya lebih banyak lagi kepada kalangan non-Muslim yang
fakir dan miskin. Toh, mereka yang miskin di bumi Nusantara ini bukan hanya
Muslim. Dengan begitu, nikmat dan berkah Idul Fitri dan filantropi Islam tidak
hanya menjadi milik kaum Muslim, tetapi bagi bangsa secara keseluruhan sehingga
kohesi sosial meliputi seluruh ranah Indonesia. ●
Kabar baik
BalasHapusAllah yang Maha Kuasa telah begitu setia kepada saya dan seluruh keluarga saya untuk menggunakan perusahaan pinjaman ibu Emily untuk mengubah situasi keuangan hidup saya untuk kehidupan yang lebih baik dan lebih stabil sehingga sekarang saya memiliki bisnis sendiri di kota
Nama saya Nur Khomariyah dari kota Sidoarjo, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu. Emily karena membantu saya dengan pinjaman yang baik setelah saya menderita di tangan pemberi pinjaman palsu yang menipu saya karena uang saya tanpa menawarkan saya pinjaman, saya memerlukan pinjaman selama 2 tahun terakhir untuk memulai bisnis saya sendiri di kota Sidoarjo tempat saya tinggal dan saya jatuh ke tangan perusahaan palsu di India yang telah menipu saya dan tidak menawarkan pinjaman kepada saya dan saya sangat frustrasi karena saya kehilangan semua uang saya ke perusahaan palsu di India, karena saya berutang kepada bank dan teman-teman saya dan saya tidak punya orang untuk dituju, sampai suatu hari teman setia saya menelepon Slamet Raharjo setelah membaca kesaksiannya tentang bagaimana dia mendapat pinjaman dari ibu perusahaan pinjaman Emily, jadi saya harus menghubungi Slamet Raharjo dan dia mengatakan kepada saya dan meyakinkan saya untuk menghubungi ibu emily bahwa dia adalah ibu yang baik dan saya harus memanggil keberanian dan saya menghubungi ibu emily perusahaan dan secara mengejutkan, pinjaman saya diproses dan disetujui dan dalam waktu 2 jam pinjaman saya dipindahkan ke akun saya dan saya sangat terkejut bahwa ini adalah keajaiban dan saya harus bersaksi tentang ibu pekerjaan yang baik Emily
jadi saya akan menyarankan semua orang yang membutuhkan pinjaman untuk menghubungi ibu perusahaan pinjaman Emily melalui email: emilygregloancompany@gmail.com. atau whatsapp +1 (669) 4002627 dan saya meyakinkan Anda bahwa Anda akan bersaksi seperti yang telah saya lakukan dan Anda juga dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut tentang Mother Emily melalui saya email: nurkhomariyah1989@gmail.com
dan Anda masih dapat menghubungi teman saya Nur Syarah yang memperkenalkan saya kepada Ms. Margaret melalui email: slametraharjo211989@gmail.com
semoga Tuhan terus memberkati dan mendukung ibu Emily yang telah mengubah kehidupan finansial saya.