Mendidik
Anak Genius
Ki
Supriyoko ; Direktur Pascasarjana
Pendidikan
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
KOMPAS, 09 Juli 2012
Pemerintah Kota Yogyakarta melalui dinas
pendidikannya membuat gebrakan baru dengan program pendidikan anak genius.
Calon siswa sekolah dasar (SD) yang memiliki
tingkat kecerdasan di atas rata-rata, atau yang disebut sebagai cerdas
istimewa, diikutsertakan dalam program ini untuk diberi pelayanan pendidikan
yang istimewa, antara lain dengan diberi pendampingan oleh guru pendamping
khusus.
Apakah ada syarat khusus untuk dapat menembus
program baru itu? Tentu ada! Salah satu syarat: calon siswa SD sudah mendapat
rekomendasi dari psikolog terkait dengan kecerdasannya. Adapun lembaga yang
dipercaya mengeluarkan surat rekomendasi itu adalah Fakultas Psikologi UGM
Yogyakarta.
Terlepas dari sejauh mana tingkat
keberhasilannya nanti, kita perlu memberi apresiasi kepada Pemkot Yogyakarta
yang berani menyelenggarakan program pendidikan anak genius.
Realitasnya tak ada pemerintah kabupaten/kota
di Indonesia yang berani menyelenggarakan program serupa untuk satuan SD.
Kalaupun ada, bisa dihitung dengan jari jumlahnya.
Tiga Pendekatan
Anak genius adalah anak yang memiliki tingkat
kecerdasan luar biasa. Kecerdasan itu sendiri merupakan kemampuan mental yang
dibawa semenjak lahir untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memecahkan
masalah.
Dalam dunia psikologi pendidikan, ada
beberapa terminologi yang dipakai untuk menyebut anak genius, antara lain genius children, gifted children,
exceptional gifted children, hoogbegaafd, talented children, bright children,
high ability, superior, supernormal.
Pakar psikologi menyatakan, kegeniusan anak
bisa diukur dengan tes IQ. Anak yang memiliki IQ di atas 140 baru layak disebut
sebagai anak genius.
Setidak-tidaknya terdapat tiga pendekatan
untuk mendidik anak genius, masing-masing adalah pendekatan pengayaan,
pendekatan percepatan, dan pendekatan pengelompokan.
Pendekatan pengayaan ditempuh dengan
penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat vertikal
(intensif, pendalaman) dan horizontal (ekstensif, perluasan). Pengayaan
diberikan setelah anak genius menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya dan siswa
di kelasnya.
Praktiknya nanti, anak genius yang menjadi
siswa SD dapat diberi tugas perpustakaan, belajar bebas, mempelajari kasus
tertentu, dan sebagainya.
Pendekatan percepatan dapat ditempuh dengan
memperbolehkan anak genius menyelesaikan program reguler sebelum waktunya.
Praktiknya nanti anak genius yang menjadi siswa SD bisa naik kelas secara
meloncat, naik kelas sebelum masa akhir tahun tiba, atau merangkap kelas
misalnya di kelas II dan III atau kelas IV dan V sekaligus.
Pendekatan pengelompokan dapat ditempuh
dengan mengelompokkan anak-anak genius jadi satu dan menerima pembelajaran
khusus. Praktiknya nanti, anak-anak genius bisa dikelompokkan ke dalam sekolah
atau SD khusus, atau ke dalam kelas khusus di suatu SD, atau tetap saja berbaur
dengan siswa lain tetapi terjadwal pertemuan khusus.
Dua Faktor
Kesuksesan mendidik anak genius
setidak-tidaknya ditentu- kan dua faktor yang tidak dapat saling dipisahkan:
guru pendamping dan manajemen kelas.
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan
program pendidikan anak genius di Kota Yogyakarta, sepertinya dinas pendidikan
sudah menyiapkan guru pendamping khusus. Kalau benar, ini merupakan langkah
strategis untuk merealisasi program: pasalnya, mencari guru pendamping khusus
anak genius bukan merupakan pekerjaan mudah.
Seorang guru pendamping anak genius atau guru
pendamping khusus di samping harus cerdas juga dituntut kreatif dan memiliki
pengalaman mendidik anak cerdas dan/atau anak genius. Praktiknya nanti, tidak
sembarang guru SD bisa mendampingi siswanya yang genius. Di sisi lain, guru
pendamping khusus anak genius di SD dimungkinkan sebagian justru bukan guru SD.
Faktor kedua menyangkut manajemen kelas yang
berpotensi menjadi masalah rumit untuk mengelola anak genius. Kalau dalam satu
kelas di SD nanti ada empat anak genius saja, misalnya, jangan pernah
dibayangkan bahwa keempat anak tersebut memiliki potensi, keinginan, minat dan
kemampuan yang sama. Bisa jadi anak yang satu ingin ke timur, sedangkan ketiga
yang lain ingin ke barat, ke utara, dan ke selatan.
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta
menginformasikan bahwa pendidikan anak genius nantinya akan dilakukan secara
inklusif. Artinya, anak-anak genius nantinya akan dibaurkan menjadi satu dengan
siswa-siswa lain.
Kiranya perlu diingat bahwa mendidik anak
genius secara inklusif (berbaur) ini tidak lebih mudah dibandingkan dengan
eksklusif (khusus) karena semua perlakuan terhadap anak genius harus
mempertimbangkan perlakuan terhadap siswa lainnya: soal waktu, soal tempat,
soal suasana, soal materi, dan sebagainya.
Kita doakan saja penyelenggaraan pendidikan
anak genius nantinya akan berhasil dan bermanfaat untuk kita. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar