Sang
Jenderal Investigator
Dicky
Pelupessy, Bagus Takwin & Niniek L Karim ;
Pengajar di Fakultas Psikologi UI
Sumber :
KOMPAS, 26 Juni 2012
”Orangtua
menilai saya memiliki bakat menjadi tentara sehingga sangat memotivasi saya
untuk menjadi tentara....”
Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga.
Peribahasa ini berlaku untuk Hendardji. Ayahnya, Soepandji, seorang tentara
dokter, terakhir berpangkat brigadir jenderal. Dari enam bersaudara, Hendardji
satu-satunya anak yang mengikuti jejak ayah menjadi seorang tentara.
Sejak kecil, Hendardji telah bercita-cita
menjadi tentara. Bahkan, baginya, jadi tentara adalah panggilan jiwanya.
Orangtuanya menilai ia punya bakat menjadi tentara sehingga sangat
memotivasinya. Bagi orangtuanya, jadi tentara adalah pilihan terbaik buat
Hendardji. Maka wajarlah jika ia bangga telah memenuhi harapan diri dan
orangtuanya, berhasil mencapai pangkat mayor jenderal.
Hendardji dibesarkan dengan disiplin ayah
yang keras. Ayahnya tak suka orang yang terlihat bermalas-malasan dan langsung
memarahi jika menemui orang seperti itu. Sementara ibunya, seorang mantan
bintang pelajar, adalah sosok yang sangat membimbing dan menekankan prestasi
yang harus diraih dengan kejujuran. Kebalikan dengan ayahnya, Hendardji
menggambarkan ibunya sebagai sosok yang sangat sabar dan tak pernah memarahi
anak-anaknya.
Hendardji memiliki kesan yang kuat dan
mendalam tentang cara ibunya membimbing dia dan saudara-saudaranya. Dua kali
sehari, ibunya menyampaikan pesan atau cerita yang mengajarkan nilai seperti
kejujuran, kesabaran, kegigihan, tawakal, nrimo, dan tidak mendendam. Pesan dan
cerita itu disampaikan pada malam hari sebagai pengantar tidur dan pada pagi
hari sebagai pengantar ke sekolah. Kejujuran adalah nilai yang paling sering
disampaikan, seperti lebih baik mendapat nilai rendah dengan tidak mencontek
daripada nilai tinggi dengan mencontek.
Selepas SMA, Hendardji diterima di Akabri.
Cita-cita menjadi tentara terwujud. Sejak lulus dari Akabri hingga pensiun dari
tentara, dapat dikatakan ia bertugas dengan jenis pekerjaan kemiliteran yang
sama, sebagai investigator (penyelidik). Menurutnya, ia semacam arsip nasional
karena pengalamannya dari Sabang sampai Merauke dalam melakukan investigasi
berbagai kasus. Pengakuan atas kemampuan dan spesialisasi karier militer yang
dipilih diperoleh saat ia menjadi Komandan Pusat Polisi Militer (Danpuspom)
TNI.
Saat masih aktif bertugas sebagai tentara,
selain tegas, ia juga teguh dalam bersikap. Menurut dia, sikapnya itu merupakan
ungkapan nilai-nilai yang diajarkan oleh orangtuanya. Ia berani mengatakan
tidak kepada atasannya apabila tugas yang diberikan kepadanya dinilai tidak
adil. Pernah ia diperintahkan untuk memberantas perjudian, tetapi ia juga
diminta untuk tidak menangkap orang tertentu. Alhasil, ia menolak melaksanakan
perintah itu karena menilai atasannya tidak adil: ada yang dianakemaskan dan
ada yang dianaktirikan.
Setelah pensiun, Hendardji diberi kepercayaan
oleh Sekretariat Negara (Setneg) menjadi Direktur Pusat Pengelolaan Kompleks
Kemayoran (PPKK) Jakarta yang kemudian menggugahnya untuk membenahi Jakarta dan
maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2012. Saat di PPKK, ia meninjau kembali semua
perjanjian yang telah dibuat antara pemerintah, dalam hal ini Setneg, dan pihak
swasta sebelum tahun 2006 dalam pemanfaatan kompleks Kemayoran. Tugas PPKK
adalah membuat adendum, perjanjian tambahan untuk perubahan, atas perjanjian
yang dinilai merugikan negara.
Ternyata, hal itu tak mudah dilakukan karena
perjanjian yang telah dibuat tidak bisa secara sepihak dibuat adendumnya.
Hendardji melakukan pendekatan yang dianggap perlu kepada pihak swasta yang
terlibat perjanjian. Tidak semuanya berhasil didekati dan perjanjian yang lama
pun tetap berlaku. Akhirnya Hendardji mengundurkan diri dari jabatannya di PPKK
karena tidak dapat menoleransi sejumlah ketidakadilan yang terjadi.
Motif Sosial
Dibesarkan oleh orangtua yang sangat peduli
pendidikan, Hendardji tumbuh menjadi orang yang memiliki motif berprestasi yang
kuat. Ia berusaha meraih pencapaian yang baik di sekolah dan pekerjaan. Saat
sekolah, ia memiliki prestasi akademik yang baik. Saat menjadi tentara dengan
tugas menjadi investigator, ia menjadikan kasus yang ditanganinya sebagai
tantangan untuk berprestasi. Ia terapkan semua metode penyelidikan yang
dipahami dan dikuasainya untuk menyelesaikan kasus.
Namun, motif kekuasaan yang dimiliki
Hendardji cenderung lebih kuat daripada motif prestasinya. Ini tampak dari
indikasi keinginannya mengendalikan lingkungan.
Ia ingin orang lain dan lingkungan mengikuti
kehendaknya. Hendardji berpendapat, pemimpin yang baik adalah yang tegas tetapi
luwes. Namun, keluwesan bukan hal yang sering ditampilkannya. Ketegasannya,
dengan harapan agar orang lain mau mengikutinya, justru lebih mengemuka.
Penolakan dan sikap lebih baik mundur daripada
meneruskan tugas yang tak sesuai dengan harapannya itu di satu sisi tampak
sebagai keteguhan atas nilai-nilai yang diyakininya, tetapi di sisi lain
sebenarnya menunjukkan keinginannya yang kuat untuk mengendalikan orang lain.
Selain didorong impian untuk membenahi
Jakarta, daya mengendalikan menjadi motif tambahan, bahkan mungkin motif
utamanya untuk mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Kepercayaan, Pikiran, Penalaran
Sikapnya yang cenderung tak mau kompromi itu
mencerminkan pandangannya tentang dunia yang penuh konflik, lingkungan yang
penuh dengan upaya dan usaha untuk memengaruhi dan dipengaruhi.
Cara Hendardji menghadapi kehidupan politik
adalah cenderung either-or, ya atau tidak sama sekali. Ia berusaha, tetapi pada
akhirnya menolak kompromi karena ia percaya, itulah cara yang paling efektif
menghadapi konflik.
Cara ini berguna kala ia menghadapi masalah
dilematis. Ia dapat menentukan dengan jelas tindakan apa yang baik dan patut ia
lakukan.
Contoh, meski Reza Patria pernah tersangkut kasus
korupsi, keputusan mengajak Reza sebagai pasangan calon wakil gubernur
diambilnya secara tegas. Landasannya, Reza telah diputus bebas murni.
Dalam tugasnya sebagai investigator,
Hendardji menerapkan berbagai metode penyelidikan kasus yang dikuasainya, tekun
mengumpulkan dan menganalisis informasi. Kebiasaannya ini diteruskan dalam
pelaksanaan tugas setelah pensiun dari TNI. Penataan struktur kognitifnya
sederhana. Ia tidak terlalu berusaha untuk menemukan beragam dimensi dari suatu
hal, juga tidak mau dipusingkan oleh banyak sudut pandang. Ia berpikir dan
bekerja berdasarkan prinsip yang dipegangnya. Ini tak terlepas dari pola
penalarannya yang cenderung linier, merunut persoalan dalam jalur penalaran.
Dalam pengakuannya, periode tugas di PPKK
Jakarta menginspirasinya maju menjadi calon gubernur. Pada periode itu, menurut
dia, apa yang ditemui di Kemayoran telah memberikan gambaran tentang kondisi
dan masalah Jakarta. Ini mengindikasikan adanya kecenderungan simplifikasi
sebagai hasil dari penalaran yang linier, sekaligus mengindikasikan adanya
prinsip yang kuat pada dirinya. Ini sesuai dengan tugasnya dulu sebagai
investigator. Jika menjadi Gubernur DKI Jakarta, Hendardji akan menjadi
gubernur yang tegas. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar