10
Alasan Menolak Lady Gaga
Supini
; Ibu Rumah Tangga, Aktivis Muslimah
Hizbut Tahrir
SUMBER
: REPUBLIKA,
25 Mei 2012
Kontroversi
kehadiran Lady Gaga ke Indone sia semakin ramai diperbincangkan. Baik dari
kalangan yang pro terhadap kedatangannya maupun yang kontra. Kalangan yang pro
adalah kaum liberalis dan tentu saja mereka yang telanjur telah membeli tiket.
Sebagaimana diketahui bahwa promotor telah menjual habis tiket konser tersebut
sebanyak 40 ribu. Kelompok yang menolak adalah kalangan ulama dan berbagai
komponen organisasi Islam.
Lady
Gaga adalah penyanyi dunia yang menjadi salah satu trend setter karena penampilan yang nyeleneh. Tidak hanya
negeri-negeri yang mayoritas Muslim, Korea Selatan, Cina, Malaysia, dan
Filipina juga menolaknya.
Di
Indonesia salah satu yang menolak adalah Gerakan Umat Anti Maksiat (GUMAM).
Mengapa Lady Gaga harus ditolak? Setidaknya, ada 10 alasan untuk menolak
kehadirannya.
Pertama,
Lady Gaga adalah Robot Illuminati. Aksesoris penampilan Lady Gaga dalam setiap
konsernya, secara vulgar menonjolkan lambang illuminati dan paganisme.
Illuminati adalah sebuah kelompok Zionis Yahudi yang memiliki hubungan erat
dengan Free Masonry, kelompok rahasia dan bawah tanah Zionis. Illuminati adalah
sekte Luciferian (iblis) yang memiliki arti Sang Pembawa Cahaya dan sekte ini memiliki
misi untuk menghancurkan umat Islam melalui ide pemikiran rusaknya.
Kedua,
Lady Gaga adalah ratu iblis liberal pemuja setan. Dalam video klip lagu
`Alejandro' digambarkan Lady Gaga bersatu dengan Tuhannya. Lalu, dia
menyalahkan Tuhan, karena tidak dapat memenuhi keperluan rohaninya. Akhirnya
dia mengubah diri dari biarawati menjadi paderi Luciferian (setan) yang
dilambangkan dengan tangan kanan menutup mata kirinya (menjadi bermata satu,
lambang Yahudi). Ketiga, Lady Gaga penyebar gaya hidup lesbian dan transgender.
Salah satu lirik lagunya dalam Born This Way yakni, “.... No matter gay, straight, or lesbian, transgendered life ... I'm on the
right track, baby I was born to survive.“ (Tidak peduli gay, lurus,
lesbian, kehidupan transgender. Saya dijalur yang benar....) Keempat, Lady Gaga
merupakan ikon pornoaksi dan pornografi. Setiap konsernya, Lady Gaga tidak
lepas dari sensasionalnya. Yakni, menampakkan aurat dan meliukkan tarian yang
erotis.
Kelima,
konser Lady Gaga hanya pemborosan. Dengan harga tiket mulai dari Rp 465 ribu
sampai Rp 2,5 juta, tak berdampak positif bagi rakyat miskin.
Jangankan membeli tiket semahal itu, untuk sekadar mengenyangkan perut saja masih banyak saudara-saudara kita yang masih mengalami kesulitan.
Jangankan membeli tiket semahal itu, untuk sekadar mengenyangkan perut saja masih banyak saudara-saudara kita yang masih mengalami kesulitan.
Keenam,
Lady Gaga penyeru seks bebas. Dengan vulgar, Lady Gaga membuka rahasia
kecantikannya adalah semakin sering orgasme. Ia mendambakan bayi berketurunan
Italia dari hasil kumpul kebo dengan kekasih gelapnya. Ia mencari pria pendonor
sperma berdarah Italia. Tetapi dia takut menikah, karena khawatir kariernya
hancur.
Ketujuh,
Lady Gaga penghina seluruh agama. Dalam konsernya, Lady Gaga sering kali
menggunakan atribut biarawati yang berubah menjadi setan, membalikkan salib,
melakukan ritual yang aneh seperti menjadikan darah sebagai alat ritual di
hotel tempat penginapannya.
Kedelapan,
Lady Gaga penyebar kesyirikan yang nyata. Sebelum masuk hotel tempatnya
menginap, dia meminta paranormal untuk membersihkan kamarnya dari gangguan roh jahat
yang mengikutinya.
Kesembilan,
Lady Gaga melecehkan kaum wanita. Lady Gaga menganggap bahwa wanita hanya
sebagai objek pemuas nafsu seksual semata. Karena dalam setiap konsernya,
selalu menggunakan pakaian tak sopan. Dan kesepuluh, Lady Gaga merusak moral.
Dia bercita-cita menciptakan parfum yang terbuat dari sperma dan darah. Dan dia
menyatakan bahwa menikah hanya akan merusak karier seseorang.
Liberalisasi Agama dan Budaya
Alih-alih
kebebasan berekspresi, sesungguhnya rencana konser Lady Gaga adalah bagian dari
upaya agenda liberalisme di Indonesia. Sebagaimana dengan konser-konser musik
yang telah dilakukan sebelumnya, kaum liberalis berupaya sedemikian rupa untuk
menancapkan idenya.
Salah
satunya adalah penyebaran budaya dan gaya hidup liberal melalui konser musik.
Musik sesungguhnya bukanlah bahasa universal. Karena, dalam setiap alunan musik
dan lirik lagu selalu ada pesan ideologi yang menyertainya. Baik dari penampilan penyanyinya, profil penyanyinya, maupun lirik lagunya. Sehingga,
muncullah banyak fans yang sangat memuja para artis idolanya. Mereka tidak peduli sisi gelap artis idolanya. Bahkan, tidak sedikit di antara
mereka yang rela untuk melakukan apa pun demi artis idolanya, termasuk
melakukan seks bebas dengan sang artis.
Dalam
kasus Lady Gaga, misalnya, panitia penjualan tiket sengaja menawarkan “Golden
tiket“ secara gratis kepada calon pembeli tiket yang pada saat antre membeli
tiket beratribut/berbusana menyerupai Lady Gaga. Maka, `bohong besar' kalau
para kaum liberalis mengatakan bahwa konser Lady Gaga dan yang sejenisnya tidak
akan memengaruhi moral anak bangsa.
Sungguh
sangat jelas dan terang benderang bahwa konser musik semakin mengokohkan
liberalisasi budaya, di mana umat semakin jauh dari nilai-nilai Islam. Berbagai
konser musik, membuat umat ---khususnya remaja--menjadikan Barat sebagai kiblat
di mana mereka menjadikan kebebasan sebagai bagian dari HAM. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar