Menanti
Pemimpin Tegas dan Berani
Daniel Johan, DIREKTUR INSTITUTE OF NATIONAL LEADERSHIP
AND PUBLIC POLICY
Sumber : KOMPAS, 21 Januari 2012
Menurut banyak tradisi, mulai Dayak hingga
Tiongkok, naga memiliki sifat alami sebagai pemimpin dan penuntun jalan.
Dalam kebudayaan Tiongkok, naga tak dianggap
sebagai binatang ganas dan penuh ancaman, tetapi lebih merupakan binatang
paling unggul di antara 12 shio binatang. Naga dianggap sari dari prinsip yang
(unsur hawa positif) sehingga naga diyakini sebagai sumber kebijaksanaan dan
kekuatan, simbol dari perubahan dan perbaikan.
Karena naga adalah jiwa perubahan, ia
dianggap sebagai pengejawantahan harapan dan kehidupan. Bahkan, dalam ilmu
peruntungan feng shui, naga dipercaya meniupkan tenaga chi, yakni napas kosmis
yang diatur dalam bangunan untuk mendatangkan kesuksesan.
Dua hari lagi kita memasuki Tahun Naga Air,
tahun tepat bagi tampilnya pemimpin yang berani, tegas, dan penuh semangat
nasionalis merintis berbagai terobosan untuk membawa bangsa Indonesia keluar
dari masalah kerakyatan dan ketertinggalan. Kepemimpinan di Tahun Naga harus
mampu menjawab berbagai persoalan kebangsaan dengan ketegasan, keberanian,
pengorbanan, dan semangat nasionalis yang memperhatikan aspirasi dan rasa
keadilan masyarakat.
Berbeda dengan Tahun Kelinci yang lemah
lembut dan penuh keraguan, Tahun Naga ini adalah tahun untuk menuntaskan dan
menjawab berbagai persoalan yang jadi aspirasi dan rasa keadilan masyarakat
dengan kepemimpinan yang tegas tersebut. Kasus Century, mafia hukum dan pajak,
kelangkaan pangan, tingginya harga kebutuhan hidup, dan tetap lemahnya ekonomi
sektor riil dan industri dalam negeri harus segera dituntaskan.
Tiga Soal Utama
Masalah keadilan dan kesejahteraan ini pula
yang bisa disumbangkan oleh masyarakat Tionghoa untuk bangsa dan rakyatnya.
Dengan semangat nasionalisme yang berkeadilan, kerja keras, dan gotong royong,
semua anak bangsa harus mampu menjawab tiga persoalan utama bangsa ini:
kemiskinan, ketidakadilan, dan ketidakdaulatan.
Kemiskinan harus dijawab dengan kemandirian
ekonomi yang mengandalkan kekuatan anak bangsa Indonesia sendiri. Segala
peraturan yang memperlemah kemandirian dan semakin meningkatkan ketergantungan
kepada asing harus dikoreksi.
Kita yakin sepenuhnya bahwa ekonomi dan
industri dalam negeri bisa kuat selama itu dijalankan oleh anak bangsa
Indonesia sendiri. Gebrakan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI), misalnya, harus mendapat dukungan sekaligus
pengawalan bersama. Jangan sampai MP3EI justru jadi pintu masuk untuk
melemahkan kemandirian dan memperkuat ketergantungan kepada asing.
Kita tidak ingin MP3EI sama dengan ”Indonesia
for Sale”. Namun, dengan semangat kepemimpinan yang tegas, nasionalis, gotong
royong, dan penuh terobosan, serta bersatunya industriawan nasional, kita harus
menjadikan MP3EI sebagai pintu mewujudkan ”Indonesia Incorporate” yang
membanggakan.
Kepemimpinan yang tegas harus mampu menjawab
ketidakadilan dengan kepastian dan ketegasan hukum yang berkeadilan. Saat ini,
mental dan praktik korupsi sudah mengacak-acak keadilan hukum kita. Sebagai
negara hukum, kita tidak dapat terus membiarkan bahwa hukum hanya berfungsi
untuk menghukum kasus-kasus kecil dan orang kecil, sebaliknya membebaskan kasus
besar dan orang besar.
Sementara itu, ketidakdaulatan harus
dilakukan dengan mengevaluasi semua peraturan dan UU yang tidak konsisten
dengan empat pilar kebangsaan kita, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal
Ika, dan NKRI. Ada begitu banyak UU yang menggerogoti kita sebagai bangsa yang
berdaulat. Hal-hal mendasar yang menyangkut kesejahteraan rakyat telah
diserahkan kepada asing dan pasar. Seakan negara dan pemerintah tidak lagi punya
kewajiban menjamin hak kesejahteraan rakyat.
Kepemimpinan yang tegas, berani, serta
memiliki semangat nasionalisme dan keadilan ini akan selalu hadir dalam setiap
persoalan yang dihadapi rakyat dan bangsanya. Kepemimpinan semacam itu yang
saat ini dinantikan oleh segenap rakyat Indonesia. Suatu kepemimpinan yang
mampu menghadirkan pemerintah dan negara di dalam persoalan kerakyatan,
khususnya dalam menjawab rasa keadilan, kesejahteraan, dan kedaulatan bangsa.
Oleh karena itu, Tahun Naga adalah juga
momentum bagi the outsiders—meminjam istilah Herbert Marcuse—sebagai momentum
bagi mereka yang berani berdiri di luar berbagai kebobrokan yang ada saat ini.
Momentum bagi mereka yang terus bergerak dengan tulus demi bangsanya, berani
melawan arus, tanpa peduli akan dikenang ataupun dihina.
Mereka adalah sosok-sosok yang mampu
menangkap berbagai potensi yang dimiliki bangsa ini untuk dimanfaatkan
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Segenap anak bangsa yang memiliki
semangat yang sama ini harus mulai tampil menggeliat untuk bekerja bahu-membahu
bersama the outsiders lain untuk membawa bangsa Indonesia mencapai kemajuan
sesuai amanat konstitusi: UUD 1945.
Indonesia memiliki segala potensi untuk
menjadi ”Naga Asia” yang dikagumi oleh bangsa-bangsa di dunia. Akan tetapi, itu
semua akan terwujud bila bangsa ini memiliki pemimpin-pemimpin yang tegas dan
berani. Kepemimpinan seperti itulah yang ditunggu rakyat dan sejarah. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar